"Kapankah aku mekar?"
Daun menghindar, menghindari tanya yang tak terjawab, yang tak memberi harapan apa-apa.
"Bukan itu, itu layu," kata perempuan itu.
Lelaki itu berjalan lagi, sesekali ia menoleh kepada Bunga yang semakin layu saja. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu. Mungkinkah ia pernah menjumpai Bunga itu sebelumnya, yang pada saat itu terlihat anggun nan molek? Mungkinkah lelaki itu berpikir, bahwa Bunga itu adalah yang terindah di hari sebelumnya? Entahlah!
"Jangan kau bersedih," bujuk Daun.
"Suatu hari, aku pun sepertimu."
***
      Daun meratapinya pilu. Seisi taman berkerumun, memandangi kelopak Bunga yang bertebaran di tanah. Aura kecantikannya masih terlihat, meski sebentar lagi akan terurai.  Siapa sangka Bunga sedemikian cepatnya berlalu, siapa sangka yang dulunya dipuja sudah tinggal kenangan, yang mungkin teringat selamanya, atau bisa saja terlupa untuk selamanya. Daun tak berkedip menatapnya dalam-dalam. Tetesan air mata tak lagi memberinya jawaban.
      "Kenapa ini terjadi?" sedu-sedan menghantui Daun yang kini ditinggal sang Bunga.
***
Sebab hidup bukanlah milik kita