Itu pertanyaan Jack Will kepada temannya, Auggie, yang wajahnya amat buruk hingga dihindari teman-temannya. Pertanyaan ini muncul setelah Jack Will dan Auggie buka-bukaan tentang relasi mereka yang memburuk setelah pesta Halloween di sekolah.
Tak mudah memang bagi seorang anak menanggung pandangan menghina, meremehkan, jijik, ingin tahu yang diarahkan kepadanya karena bentuk wajahnya. Penderita Treacher Collins Syndrome (TCS) memang acap harus menjalani berkali-kali operasi untuk membetulkan wajahnya.Â
Dalam film ini sejak lahir Auggie harus menjalani 27 kali operasi untuk mendapatkan wajahnya yang sekarang. Itu pun dengan hidung yang hampir rata, mata yang tanpa cekungan dan telinga yang amat kecil seperti potongan daging menggantung.
Auggie menjalani masa kecilnya di rumah, dengan dedikasi penuh ibunya dan pengorbanan kakak perempuannya. Tanpa disadari kakak perempuannya selalu mengatakan bahwa ia anak tunggal kepada teman yang baru dikenalnya.Â
Jika teman itu sudah akrab barulah ia mengatakan  yang sebenarnya. Dari salah satu teman dekat kakaknya itu Auggie memperoleh sebuah helm astronot. Sejak itu ia selalu kemana-mana dengan helm itu dan kamarnya didekor seperti ruang kendali kapal ruang angkasa.
Keputusan keluarga untuk mendaftarkan Auggie ke sekolah umum sebenarnya merupakan keputusan yang berat. Bayangan Auggie akan dikucilkan atau sengaja dipinggirkan memberatkan hati ayah dan ibunya, namun upaya ini terus dilakukan demi menimbulkan kepercayaan diri Auggie, sehingga kelak ia akan berani menjalani kehidupannya sendiri.
Benar saja, pertama kali datang ia sudah disindir-sindir oleh temannya yang merasa tersaingi. Nampaknya Auggie sendiri sadar bahwa ia akan menerima perlakuan yang nyaris tak bersahabat. Perlakuan kepada Auggie tambah buruk karena Auggie selalu yang pertama menjawab pertanyaan guru dan unggul di bidang sains.Â
Lama kelamaan, Jack Will yang mengantarnya pertama kali mulai berdiri bersama Auggie dan kemudian mereka menjadi teman baik. Dunia tidak lagi suram bagi Auggie. Sekarang ia punya tempat curhat selain kakak dan orangtuanya.Â
Sampai kemudian saat Halloween, dengan gembira Auggie berjalan ke sekolah memakai topeng dan tak seorang pun tahu siapa di balik topengnya. Ketika sampai di kelasnya, Â Jack Will sedang mengatakan bahwa ia hanya berpura-pura berteman dengan Auggie dan Auggie mengikutinya ke mana-mana.Â
Auggie sangat terluka. Teman yang dikiranya sahabat sejatinya ternyata hanya berpura-pura. Tanpa diketahui teman-temannya, Auggie pulang dan mengurung diri. Sejak saat itu  sekolah bukan lagi tempat yang ingin didatanginya di pagi hari, semangat belajarnya turun dan curiga akan dibicarakan di belakang perlahan-lahan menguar.Â
Misteri itu terpecahkan saat ada cluebuat Jack Will, dan melalui sebuah permainan, pertemanan mereka pulih, bahkan sebagai tim lomba sains, Auggie dan Jack menjadi juara pertama.
Dalam banyak kasus perundungan anak, kita sering melupakan para bystanders ini. Film ini menunjukkan bahwa perundungan bukannya tak bisa diselesaikan, tetapi bisa diatasi dengan memberdayakan bystanders.Â
Cara paling efektif untuk memberdayakan bystandersadalah sekolah dan guru mendukung peran mereka. Selain itu guru juga harus memiliki kecepatan melihat dan kedalaman pemahaman, sehingga dapat menyelesaikan kasus-kasus perundungan di sekolah dengan cepat dan bijaksana.
Film keluarga ini sebagian besar memang menceritakan Auggie yang menjadi korban perundungan karena wajahnya terlihat aneh oleh teman-temannya. Namun, sebenarnya film ini bercerita tentang keluarga yang berkorban untuk menerima salah satu anggota keluarga yang memang membutuhkan amat sangat banyak pertolongan.Â
Ibu yang rela meninggalkan semua impiannya demi mengajarkan berbagi ketrampilan hidup dan pelajaran kepada putranya. Ayah yang kelelahan dengan semua pengaturan agar putranya merasa nyaman.Â
Kakak yang merasa diabaikan oleh orangtuanya karena semua perhatian tercurah ke si bungsu. Masing-masing punya kesedihannya sendiri, bahkan juga si bungsu merasa sedih karena semua orang di rumah selalu menanyakan apakah harinya baik-baik saja. Perekat dari semua itu, adalah komunikasi yang manis. Film ini  menunjukkan bagaimana komunikasi dan kehangatan bisa mengangkat semua kegalauan dan keraguan.
Mungkinkah penulis skenario film ini amat jeli memperhatikan semua spek saat membangun kepribadian masing-masing tokoh, hingga ia memberi nama kepada bocah tokoh utama dengan Auggie? Memaang nama lengkapnya August Pullman, namun ia dipanggil Auggie....yang dekat  rimanya dengn kata ugly? Well, hanya si penulis skenrio yang bisa menjwaab... Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI