Mohon tunggu...
Maria Magnificatia Siregar
Maria Magnificatia Siregar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selamat membaca

Selanjutnya

Tutup

Gadget

i(Made to Brake)-Phone?

29 Maret 2021   15:14 Diperbarui: 29 Maret 2021   15:50 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www. redbubble.com

Pernah kah kalian melihat iklan-iklan yang nyentrik? Kira-kira apakah iklan tersebut mengandung sebuah pesan tertentu? dan dari gambar diatas apakah pendapat kalian?

Perusahaan berlogo buah apel yang digigit dengan rapih ini, menjadi sebuah logo yang sangat simpel dan digemari oleh beberapa masyarakat di seluruh dunia. Perusahaan yang berdiri di Cupertino California ini seperti yang kita ketahui bersama produknya merupakan seperangkat alat elektronik secara perangkat keras maupun lunak. Kalian pasti sudah dapat menebak apa saja yang dijual oleh perusahaan Apple ini, perangkat kerasnya berupa: iPhone, Mac, iPad, iPod, Apple Watch, Apple TV, HomePod lalu untuk perangkat lunaknya berupa sistem operasi: macOS, iOS, iTunes, dan lainnya. Sebagai perwakilanya di Indonesia, Apple mendirikan perusahaam cabangnya yang berada di Jl. Jendral Sudirman, Jakarta pada Gedung World Trade Center II lantai 18 yang dicantumkan pada alamat di web resminya. Tentunya produk dari Apple ini sangat mempunyai banyak penggemar terutama di Indonesia sendiri, bahkan karena begitu banyaknya permintaan akan beberapa produk yang dikeluarkan oleh Apple ini terutama pada iPhone muncullah sistem pre-order. Pre-order ini memudahkan para penggemar Apple untuk memiliki produk baru Apple tanpa takut dan kawatir kehabisan stok, alias mereka mendahulukan para pemesan pre-order ini. Apple yang sudah memiliki citra sebagai barang mewah atau elit bagi beberapa kaum masyarakat ini, semakin menambah minat masyarakat untuk memiliki produk dari Apple ini. Walau harganya yang terbilang sangat tinggi bagi kaum masyarakat yang memiliki status perekonomian ditengah dan kebawah, tetapi “tentu ada harga ada barang” begitulah kata para penggemar Apple untuk mempertahankan opininya. Dan memang kamera yang sangat memumpuni dan juga modelnya yang elegan ini mengalahkan smartphone lainnya di pasaran elektronik, sampai-sampai produk Apple ini memiliki banyak peniru-penirunya. Lalu jika sudah sampai pada tahap ketenaran dan kesuksesan dari berbagai macam produk yang dikeluarkan oleh Apple, mengapa masih terdapat iklan yang ‘nyentrik’ atau berkesan seperti kontra dengan produk ini?

Postmodernisme 

Fenomena ini dinamakan dengan cultural jamming yang merupakan turunan pemikiran dari postmodernisme yang masih memiliki kaitan dengan politik representasi. Untuk mendapatkan pemahaman tentang iklan tersebut, kita harus dapat memahami dengan secara benar tentang kedua hal ini.

Postmodernisme merupakan sebuah pergerakan moderenisasi. Menurut pendapat beberapa ahli postmodernisme adalah:

 Menurut Jean-Francois Lyotard dalam Maksum ( Setiawan dan Sudrajat, 2018. h. 27-28) sebagai seorang yang menperkenalkan dan menjelaskan postmodernisme di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan, mengartikan postmodernisme atau posmos sebagai sebuah kritikan yang didasarkan pada pengetahuan universal, tradisi metafisik, dan fondasionalisme maupun atas modernisme.

Menurut Emanuel (Setiawan dan Sudrajat, 2018. h. 28) turut menjabarkan apa yang dimaksudkan oleh postmodernisme, menurutnya postmodernisme merupakan suatu gerakan usaha dari merevisi sebuah paradigma kembali.

Modernitas dan Postmodernitas merupakan sebuah istilah yang mengacu pada sebuah kesejahteraan dan sosio-konfigurasi logis. Modernitas dan Postmodernitas adalah sebuah budaya dan konsep epistemologis. Secara khusus konsep dari modernisme dan postmodernisme ini menyakut pada bentukan budaya dan pengalaman budaya, misalnya adalah modernisme sebagai budaya pengalaman modernitas dan postmoderintas sebagai sensibilitas budaya yang tinggi atau yang disebut dengan postmodernisme ( Barker dan Jane, 2016. h. 213-214)

Lalu pemahaman atas postmodernisme ini adalah kebenaran ilmu pengetahuan harus bersifat mutlak, dan tidak adanya nilai yang berasal dari manusia. Postmodernisme timbul sebagai sebuah kelanjutan dan sebuah koreksi atas pandangan modernisme untuk memberikan suatu pemikiran baru dan solusi dalam melewati kehidupan yang kompleks (Setiawan dan Sudarajat, 2018)

Nah, postmodernisme sendiri merupakan sebuah pendeketan ke masyarakat kontemporer yang berbeda dari struktur sebelumnya. Para penganut dari postmodernisme ini terkenal dengan keanekargaamannya dan ketidaksinambugannya, dari  pada keseragaman dan linear. Disini postmodernsime berperan sebagai pembeda antara budaya tinggi dan budaya populer (penjelasan tentang pop culture Fanatik Vs Penikmat Biasa, yang Mana Kalian?).  Sebagian penganutnya memandang sebagai sebuah keterkaitan antara peralihan penciptaan kapitalis dan postmodernisme, dengan meningkatnya konsumsi, promosi dan keuangan kapital.

Culture Jamming 

Dunia periklanan saat ini perkembang dari tahun ke tahun, hingga tidak lagi bisa terhitung menerpa masyarakat dengan sarana bermacam-macam media yang terus diperbarui dan bermunculan inovasinya. Lalu saat ini ikaln merupakan sebuah pop culture, yang terkadang mereka saling berbagi dan memakai tema, suara, dan karakter satu sama lain serta seringkali ditampilkan secara bersamaan. Kemudian iklan-iklan ini menjadi memunculkan stereotype sempit dan berseragam, lalu hal ini mendapatkan sebuah kritik dari anti-konsumtvisme karena masayrakat menjadi mengkonsumsi segala sesuatu secara berlebihan dan bukan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka melainkan untuk mengikuti sebuah tren (Putri, 2011. h. 18).

Gerakan sosial kemudian muncul karena keadaan ini dan melakukan aksi perlawanan atas dunia periklanan yang cenderung mainstream dan merupakan perlawanan yang ingin mengomunikasikan atas anti-konsumtivisme. Gerakan ini membentuk iklan-iklan atau sebuah karya seni yang bersifat menghancurkan atau membelokan pesan iklan atau karya seni. Ada yang membuat iklan atau karya seni ini menjadi sebuah parodi yang bertujuan untuk menyindir atau mengkritik sebuah brand atau isu sosial. Gerakan ini kemudian dinamakan dengan culture jamming (Putri, 2011. h. 18-19)

Lalu apakah hubungannya dari logo produk dari Apple yang diganti dengan tulisan “i-Made to brake” ?

Hal ini merujuk pada sebuah kritikan untuk salah satu produk Apple yaitu iPhone yang rentan atau mudah untuk rusak atau kurang kuatnya dalam mendesain perangkat iPhone. Dan jika sudah rusak maka cost atau biaya yang dikeluarkan pun tidaklah sedikit.

Hal ini diperkuat oleh beberapa artikel yang menilai produk iPhone ini, seperti yang diansir dalam It Works (Adam, 2018) menjelaskan generasi seluruh seri dari iPhone 6 menjadi generasi iPhone yang paling banyak memiiki masalah. Dijelaskan juga bahwa ada sebuah daat yang membuktikan iPhone 6 menempati posisi teratas dengan masalah-masalahnya sebesar 22%, masalah tersebut datang dari Bluetooth, Wi-Fi, headset, hingga kemampuan data selulernya. Bahkan pada 2014 yang lalu, terdapat sebuah generasi dari iPhone 6 ini sangat rawan untuk bengkok. Dibenarkan dengan beberapa kasus yang sempat viral di dunia maya, tetapi Apple dalam hal ini tetap bersikeras untuk mempertahankan opininya tentang produk iPhone yang didesain dengan bahan-bahan seperti logam baja atau titanium yang sangat kuat untuk iPhone ini dan Apple juga menolak opini penggunanya tentang generasi dari iPhone 6 yang sangat rawan bengkok ini. Lalu pada 2016 setelah Apple mengeluarkan gugatannya yang mengatakan bahwa generasi dari iPhone 6 ini kuat, kemudian bermunculanlah video-video di youtube yang menunjukan ke ringkihan dari badan iPhone 6 ini oleh para penggunanya.

Bagi kalian yang pernah meggunakan iPhone 6 dan seluruh generasinya, bagaimanan pengalaman kalian yang kalian temukan? Apakah juga menghadapi kerusakan seperti diatas?

Daftar Pustaka:

Barker, C and E. A. Jane. (2016). Cultural Studies Theory and Practice. (5th Edition). London. SAGE Publications.

Setiawan, J., dan Sudrajat, A. (2018). Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan. Jurnal Filsafat. 28(1): 25-46. diakses pada 29 Maret 2021 dari https://media.neliti.com/media/publications/228512-pemikiran-postmodernisme-dan-pandanganny-bbc8bbca.pdf.

Putri, A. L. (2011). Culture Jamming Versus Popular Culture.  Jurnal Ilmu Komunikasi. 8(1):17-33. diakses pada 29 Maret 2021 dari https://ojs.uajy.ac.id/index.php/jik/article/view/179/268.

Adam. (2018). Inilah Seri iPhone yang Paling Bermasalah dan rusak. diakses pada 29 Maret 2021 dari https://www.itworks.id/13672/inilah-seri-iphone-yang-paling-bermasalah-dan-rusak.html.  

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun