Perkembangan teknologi beberapa tahun terakhir terasa begitu cepat. Kini kita mengenal Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang hadir di berbagai aspek kehidupan—mulai dari rekomendasi film, chatbot layanan pelanggan, sampai mobil tanpa pengemudi.
Namun di balik semua inovasi itu, ada dua pendekatan pemrograman yang berbeda: pemrograman AI dan pemrograman konvensional. Keduanya punya cara kerja, tujuan, dan tantangan yang unik. Mari kita mengenal lebih dekat sebelum menebak siapa yang akan menguasai masa depan.
Apa Itu Pemrograman Konvensional?
Pemrograman konvensional adalah metode klasik di mana programmer menuliskan aturan dan logika secara eksplisit. Setiap langkah diatur jelas: jika A maka B, jika tidak maka C.
Ciri khasnya:
Input yang sama akan menghasilkan output yang sama (deterministik).
Programmer harus memprediksi dan menulis setiap kemungkinan.
Contoh penerapan: sistem absensi karyawan, aplikasi kasir, perhitungan pajak, atau perangkat lunak manajemen gudang. Semua hasilnya pasti selama aturan yang dibuat tidak berubah.
Pemrograman AI: Komputer yang Bisa “Belajar”
Berbeda dengan cara konvensional, pemrograman AI memungkinkan komputer mencari pola sendiri dari data.
Programmer tidak perlu menulis semua aturan, cukup menyediakan data dan algoritma pembelajaran seperti machine learning atau deep learning.
Ciri khasnya:
Sistem bisa memperbaiki diri dan beradaptasi seiring waktu.
Output bisa berbeda tergantung data pelatihan dan kondisi baru.