Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Dokter - .

Ibu empat orang anak yang menggunakan Kompasiana untuk belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Novel The Alchemist

15 November 2018   12:00 Diperbarui: 15 November 2018   12:12 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumen pribadi

Sebelum saya memulai, saya memperingatkan bahwa artikel ini mengandung spoiler. Jadi barangsiapa yang masih ingin menikmati novel ini tanpa terganggu spoiler, sebaiknya tidak melanjutkan membaca. Hehe ...

The Alchemist, kalau dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Sang Alkemis. Sudah cukup lama saya mendengar judul novel itu, namun tepatnya kapan dan di mana saya kurang ingat. Bahkan nama pengarangnya, Paulo Coelho, juga samar-samar entah dari mana. Yang jelas, saya belum pernah membaca satupun novel buatannya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ternyata adik ipar saya yang suka mengumpulkan buku (entah dibaca entah tidak, tapi sepertinya dibaca sih) memiliki buku Sang Alkemis ini di kumpulan buku yang tertumpuk di kamarnya. Saya pun dengan semangat meminjam buku ini sebentar. Benar-benar sebentar karena hanya membutuhkan waktu tiga jam kurang untuk menghabiskan novel 213 halaman ini.

Cover buku ini cantik. Bergambar seorang pria berpakaian ala padang pasir serba putih dengan domba-domba di belakangnya dan siluet seseorang yang memegang burung elang. Di balik cover terpampang foto sang pengarang, Paulo Coelho. Beliau kelahiran Brazil. Pantas saja kalau nama tokoh utama (sang anak) dalam novel ini adalah Santiago. Itu nama yang lazim di Brazil. Kutipan di cover belakang buku ini pun akan terdengar cukup akrab bagi pembaca Alkitab, meski terbalik dari susunan aslinya. Di Alkitab kita pasti pernah membaca "Di mana hartamu berada, di situlah hatimu berada." Namun dalam novel ini menjadi "Di mana hatimu berada, di situlah hartamu berada."

Cerita dibuka dengan tokoh utama (sang anak) yang beristirahat bersama domba-dombanya di sebuah reruntuhan gereja yang ditumbuhi pohon sycamore besar di dataran Spanyol. Sebuah mimpi yang berulang membawanya ke Tangier, kota pinggir laut, untuk menanyakan makna mimpinya pada seorang wanita gipsi. Di Tangier pula ia bertemu dengan Melkisedek, sang Raja Salem. Dari kedua orang itulah sang anak mengikuti mimpinya untuk mencari harta karun di dekat Piramida-Piramida di Mesir.

Setelah memberikan sepersepuluh dombanya pada Raja Salem dan menjual sisanya, sang anak menyeberang ke Benua Afrika. Malang tak dapat ditolak, hartanya dicuri di hari pertamanya di benua baru tersebut. Ia pun bekerja selama setahun penuh di rumah seorang penjual Kristal.

Setelah mendapat cukup bekal, sang anak pergi ke Mesir dengan menumpang rombongan karavan yang melintasi padang pasir. Dalam rombongan ini ia belajar sedikit dari orang Inggris dan dari penuntun untanya.

Rombongan besar ini tertahan di sebuah oasis karena pecah perang antar suku. Di tempat inilah tinggal sang alkemis yang dicari orang Inggris. Sang alkemis pun sedang menunggu muridnya. Tapi ternyata murid yang ditunggunya bukan si orang Inggris melainkan sang anak. Di tempat ini pulalah sang anak jatuh cinta pada pandangan pertama pada Fatima, wanita gurun.

Sebuah penglihatan mendatangi sang anak dan nyaris menjadikannya orang penting di oasis itu, namun sang alkemis tahu bahwa ada sesuatu yang dicari sang anak dan ia mengajak sang anak mewujudkan cita-citanya itu: mencari harta di dekat Piramida-Piramida.

Dalam perjalanannya berdua dengan sang alkemis itulah sang anak belajar lebih banyak tentang mendengarkan Bahasa Dunia. Ia bahkan belajar membuat dirinya menjadi angin hanya dalam tiga hari. Tapi pelajaran terpenting adalah bagaimana ia belajar mendengarkan suara hatinya, sebab kebanyakan suara hati orang dewasa telah mati. Hati hanya bicara pada anak-anak, tidak lagi pada orang dewasa.

Ketika akhirnya menemukan Piramida-Piramida, sang anak yang telah bersahabat dengan hatinya menggali hartanya di tempat air matanya menetes. Sang anak menangis karena terharu melihat megahnya Piramida-Piramida itu dan tahu bahwa itulah akhir dari perjalanannya. Ketika sedang menggali, sang anak diserang penyamun. Ia dipukuli dan emas yang dibawanya dijarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun