Mohon tunggu...
Maria IiAgista
Maria IiAgista Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang ingin menjadi jurnalis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Multimedia Si Pencerita Informasi

11 Februari 2020   23:20 Diperbarui: 12 Februari 2020   08:59 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media online atau daring menjadi salah satu sumber informasi yang paling mudah didapatkan oleh masyarakat informasi. Tidak sebatas sebagai sumber informasi semata, media daring juga harus bersaing diatara banyak media daring, baik yang sudah terverifikasi atau belum. 

Multimedia kini semakin banyak diterapkan oleh media-media daring yang beredar di masyarakat.  Multimedia memiliki definisi yang cukup banyak dan luas. Multimedia dalam jurnalisme fotografi menjelaskan bahwa multimedia adalah foto yang ditambahkan dengan bentuk-bentuk media lain, misalnya dengan suara atau teks. Secara singkat menurut David Campbell dalam jurnalnya, multimedia berarti kombinasi antara gambar, suara, grafik, dan teks guna membentuk sebuah rangkaian cerita. 

Multimedia membantu sebuah informasi tersampaikan dengan bentuk storytelling. Multimedia membuat sebuah informasi disalurkan kepada audiens tersampaikan seperti sebuah cerita. Hal tersebut membuat sebuah informasi lebih mudah tersampaikan dan audiens akan menyerap informasi lebih baik, daripada melalui satu media saja. Cerita yang sudah dirangkai akan ditempatkan pada platform-platform yang sudah ditentukan oleh media daring tersebut. 

storytelling-5e435d07097f362b05168d42.jpg
storytelling-5e435d07097f362b05168d42.jpg
Konsep storytelling dibentuk dengan cara mengkolaborasikan tiap-tiap platform yang ada di era digital, dan dihubungkan melalui hyperlink. Masing-masing platform memiliki fungsi dan ciri khasnya masing-masing. Misalnya dengan gambar saja,  atau bisa menggabungkan gambar dan suara, atau bahkan video. Konsep ini hanya bisa diterapkan pada media berbasis internet, atau biasa disebut media daring. 

Penerapan multimedia sendiri sebenarnya bermula dari adanya digitalisasi. Audiens yang saat ini sangat bergantung dengan teknologi akan lebih memilih untuk mengetahui sebuah informasi dari internet atau perangkat digital miliknya, daripada melalui media cetak semata. Hal tersebut dapat dibuktikan dari jurnal komunikasi milik Satria Kusuma, yang menyebutkan bahwa naiknya jumlah media cetak tidak berdampak pada jumlah pembaca. Setiap tahunnya, jumlah pembaca media cetak menurun. Pada tahun 2009, persentase pembaca media cetak berada di angka 18,4%. Sedangkan di tahun 2012 menjadi 17%. Bagaimana dengan tahun 2020? Dapat dipastikan juga bahwa persentasenya menurun. 

Turunnya peminat media cetak membuat peminat dari media daring semakin meningkat. Keuntungan yang didapat dari media daring adalah lebih murah, lebih cepat, lebih luas, dan berbagai kemudahan lainnya. Dalam media Tempo dijelaskan bahwa jumlah media cetak di Indonesia sebanyak 2000 media. Sedangkan media daring mencapai lebih dari 40.000 media, walaupun masih banyak yang belum terverifikasi. 

tumpukan-koran-5e435d2b097f3612e34a6432.jpg
tumpukan-koran-5e435d2b097f3612e34a6432.jpg
Konten media daring dalam multimedia biasanya akan memiliki angle berbeda. Mengapa? Tujuannya adalah supaya bisa saling melengkapi antar media. Secara tidak langsung, hal tersebut akan membuat audiens menjadi lebih aktif dalam mengikuti konten sebuah media. Misalnya sebuah media informasi menggunakan teks, video, dan suara atau podcast dalam menyalurkan informasinya. Masing-masing konten biasanya juga akan didistribusikan dalam platform yang berbeda. Walau dalam platform yang berbeda, tetapi di tiap platform akan ditunjukkan sebuah link atau penghubung antar konten. 

Misalnya sebuah media daring mengunggah video di Instagram, maka pada biodata Instagram nya akan diberikan link untuk audio seperti melalui Soundcloud atau Spotify. Pada stories Instagram akan ditampilkan poster beserta link menuju website terkait, misalnya melalui website resmi atau melalui Kompasiana, atau Blogspot. Harapannya, audiens akan lebih tertarik dan akan selalu mengikuti perkembangan media tersebut. 

Sudah banyak media daring yang menerapkan penggunaan multimedia dalam menyalurkan informasi. Media informasi sudah mulai menyadari bahwa penggunaan satu media saja tidak akan maksimal dalam membantu audiens untuk mengerti mengenai sebuah informasi. Informasi mengenai sebuah topik yang cukup dalam tentunya akan lebih sulit jika hanya dijelaskan dalam satu media saja. 

lambang-tirto-5e435d3f097f3629bc0536e2.jpg
lambang-tirto-5e435d3f097f3629bc0536e2.jpg
Contoh media daring Indonesia yang sudah menerapkan multimedia antara lain; Tirto.id, Kumparan, dan Detik.com yang akan dibahas dalam video YouTube, klik disini.

Media berbasis multimedia akan lebih menarik dan mudah dimengerti oleh audiens. Penyebarannya juga akan lebih mudah karena adanya fitur share. Penyebaran tersebut bisa dilakukan antar platform yang ada, atau juga bisa melalui media sosial lain, seperti media sosial yang menerapkan komunikasi melalui pesan singkat seperti WhatsApp atau Line. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun