Mohon tunggu...
Margo Teguh S
Margo Teguh S Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa Baru dan Heterogenitas

29 September 2018   07:47 Diperbarui: 29 September 2018   08:05 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://solidsosialstudy.blogspot.com

Dua hal tersebut merupakan konsekuensi besar dalam menetapkan tujuan selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Independensi mahasiswa terletak pada kata "merdeka" yang secara harfiah, ditekankan pada sikap untuk mengetengahkan pemikiran yang dilandasi oleh cara berpikir kritis-reflektif.

Ia menjadi merdeka secara pemikiran untuk mengikuti arus atau menjadi apatis. Namun, bukan berarti dua sikap tersebut sebagai sesuatu yang buruk (mengikuti arus atau menjadi apatis), tetapi sebagai asumsi dasar dalam bersikap. Mahasiswa yang merdeka secara pemikiran, akan menelaah secara mendalam untuk tidak terombang-ambing dengan kondisi ataupun opini publik yang hadir dalam dirinya.

Merebaknya post-truth sebagai strategi dalam mengemas berita bohong (hoax) untuk dijadikan sebuah kebenaran publik, tentu berpengaruh besar terhadap asumsi mahasiswa bahkan masyarakat dalam melihat sebuah kebenaran. Istilah post-truth yang menggambarkan sebagai suatu keadaan dimana fakta kurang dapat berperan dalam menggerakkan kepercayaan umum dibanding dengan kondisi emosi dan kebanggaan tertentu (agama,kelompok, dan kepentingan publik). Sehingga dalam hal ini, media sosial sebagai faktor utama dalam menggiring opini publik sesuai kebutuhan dan kepentingannya. 

Postingan media di intagram, facebook, twitter, dan media sosial lainnya, menjadi sarana utama untuk melancarkan kepentingan individu dan kelompok untuk saling melemahkan dan menyajikan kebohongan yang dipoles sebagai sebuah pembenaran publik. Kondisi semacam ini tentu sangat berpotensi dalam menciptakan perpecahan dan perilaku saling curiga karena didasari oleh emosi dan kepentingan tertentu dibanding dengan fakta yang sebenarnya. 

Tentu, sebagai mahasiswa baru dengan bekal intelektualnya, harus memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan bagi dirinya untuk bersikap, baik berupa pemberitaan/postingan media sosial ataupun pola komunikasi dengan mahasiswa baru lain atau mahasiswa senior lainnya. Karena disinilah letak independensi bagi seorang mahasiswa untuk bersikap. 

Sebagai penutup tentunya hakikat bagi mahasiswa untuk melihat keanekaragaman/heterogenitas dalam lingkungan atau sekitar kampus tempat ia menempuh pendidikannya, harus meningkatkan budaya literasi (membaca) dan selalu memperbaiki diri untuk terus mengembangkan potensi hard-skill dan soft-skill sebagai bekal ketika lulus nantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun