Mohon tunggu...
Aba Mardjani
Aba Mardjani Mohon Tunggu... Editor - Asli Betawi

Wartawan Olahraga, Kadang Menulis Cerpen, Tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Buih

15 Desember 2018   23:38 Diperbarui: 15 Desember 2018   23:47 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

aku buih
bergerumun dalam kidung debur
meronta kian kemari
aku menari
menggauli dingin dalam titian-titian jerit
aku hampa dalam hampar
aku kosong dalam lorong
aku bercak lindap sekejap
cahayaku pualam dalam lirik rembulan
sinarku pualam dalam temaram mentari di kuncup senja
senyap
bergandeng tanpa sulur-sulur jemari
berimpit
beringis
sementara kau di situ
duduk menyilangkan betis indah
jemari kakimu kristal
bola matamu menyuarakan gejolak
tentang cinta yang kau pautkan dalam gerombol awan
menjauh
menjauh
menjauh
ingin kuulurkan tangan
menjemba cinta yang perlahan beringsut
sayup
sayup
sayup
lalu pipimu kuyup
bersama tangis tanpa isak
bersama jerit tanpa derit
aku buih
menatapmu lirih
dalam puisi ringkih

Tanah Kusir, 15 Desember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun