Mohon tunggu...
Mardin kadir
Mardin kadir Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Adm Negara di Universitas Dayanu Ikhsanuddin

Rabbi zidni ilman warzugni fahman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Makna Nama Kebijakan di Era Disrupsi, Menyentuh Hati atau Menyakiti Hati Rakyat?

27 Mei 2020   01:27 Diperbarui: 28 Mei 2020   01:32 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Konfucius ditanya sama muridnya
Murid : guru apa yang akan guru kerjakan seandainya guru menjadi pembesar di negara Li ?
Konfucius : mengubah nama-nama.

Nabi adam diajari nama-nama terlebih dahulu sebelum di perkenalkan dengan jin dan malaikat. Tuhan sendiri memiliki 99 nama indah (al-asmaul husna).

Di Buton nama itu sangat penting, orang buton memercayai kalau anak kecil sering sakit-sakitan, maka orang tuannya akan mengganti nama anak tersebut karena berpikir bahwa anak tersebut tidak cocok dengan nama itu.

Sultan buton ke-29 La Ode Muh. Aydrus Qaimuddin menamai kawasan hunian baru/kota baru pasca kebakaran di keraton wolio dengan bhau-bhau. Bhau-bhau sendiri secara filosofi dapat di maknai sebagai kota pembaharu (Baca: La Ode Abdul Munafi & andi tendri:2014).

Kata Bhau-Bhau (bahasa wolio)  mengalami 2 kali pergeseran dari kata Bhau-bhau menjadi Bau-Bau, kemudian dari kata Bau-Bau menjadi Kata Baubau hingga hari ini.

Dari kisah di atas membuktikan bahwa pentingnya penggunaan nama. Namun di era moderen ini nama telah kehilangan makna.

Kuntowijoyo dalam bukunya muslim tanpa masjid (2001) mengusulkan mengganti nama kerukunan atau toleransi menjadi kerja sama atau kooperasi dalam hubungan antar umat beragama di abad ke-21 ini, dikeranakan kerukunan atau toleransi telah menimbulkan apologis. Masing-masing agama ingin menunjukkan dirinya paling rukun dan toleran.

Maka dari itu hubungan beragama, bernegara dan bermasyarakat perlu mendapatkan nama baru di era Disrupsi Digital saat ini.

Revolusi Mental
Revolusi mental adalah nama yang di berikan pakde jokowi untuk slogan pemerintahannya di awal beliau memerintah. Revolusi mental ini bertujuan untuk menyembuhkan cacat mental elit di mata rakyat. Pakde rajin melakukan blusukan untuk menunjukkan kecintaanya kepada rakyat, serta untuk menunjukkan bahwa beliau merakyat.

Namun tidak hanya blusukan untuk menyentuh hati rakyat, tidak jarang juga pakde mengadakan jamuan makan di istana agar dianggap istana dan rakyat tidak berjarak.

Nyatanya blusukan dan jamuan pakde tidak mampu menyentuh hati rakyat dikarenakan pakde tak memahami makna blusukan dan jamuan yang sebenarnya. Ketidakpahaman beliau tersebut dapat dilihat dari kebijakan yang beliau terapkan.

Kata Dr. Riant Nugroho dalam bukunya Public Policy (2017) mengatakan kebijakan publik itu penting dikarenakan kejatuhan dan keberhasilan suatu negara bangsa semakin ditentukan oleh kelebihan kebijakan publiknya.

Namun bukan hanya itu, kegagalan revolusi mental pakde jokowi terjadi karena pembantunya sering menganggap masalah bukanlah masalah. Seperti yang di lakukan menkes pada awal maraknya pandemi. Pembantunya juga sering menyapu kotoran ke bawah karpet, seperti yang dilakukan menko maritim terhadap TKA Asing.

Maka dari itu Pakde Jokowi perlu kiranya menulis disetiap sudut  dinding istana dengan tulisan kebersihan itu adalah sebagian dari iman.

Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi adalah cara menunjukan kecakapan dan kecakepan pemerintahan dimata rakyat. Dimana kecakapan yang dimaksud adalah meningkatnya kualitas pelayanan publik dan kecakepan yang dimaksud adalah adalah pemerintahan yang terbebas dari KKN.

 Upaya yang dilakukan pemerintah agar terlihat cakap dimasyarakat adalah dengan menerapkan penyederhanakan regulasi seperi halnya di ungkapkan pakde jokowi pada saat pelantikannya di periode ke-2. Penyederhanaan regulasi ini sudah dilakukan dengan memasukan draft undang-undang cipta lapangan kerja ke DPR namun upaya tersebut  menyakiti hati rakyat.

Upaya penyederhanaan tersebut ternyata bukan yang pertama karena hal tersebut perna di lakukan pada tahun 2015 silam. Dimana pada tanggal 10 September 2015 mengumumkan deregulasi ekonomi. Deregulasi adalah pengurangan aturan.

Namun paket deregulasi ini ternyata tidak direspon pasar, bahkan yang lebih paranya dalam deregulasi tersebut ada yang diberi nama paket ekonomi dan merupakan jurus pamungkas yang tidak boleh sering di gunakan, namun yang terjadi ada 12 paket ekonomi pada mei 2016. Paket tersebut tampa di sadari telah menjadi paket celaka 12.

Dan ditenga pandemi saat ini reformasi birokrasi sangat penting di terapkan terutama di bidang pendidikan agar konsep merdeka belajar tidak hanya sekedar iklan atau konten di sosial media saja.

Kenapa reformasi pendidikan sangat penting dilakukan saat ini ? Karena mencerdaskan kehidupan bangsa adalah hal yang pertama dan utama yang harus di lakukan oleh pemerintah saat ini dan tidak boleh ditunda atas alasan apapun. Walaupun pelaksanaanya tak semudah melaksanakan kegiatan jamuan makan malam dengan guru dan siswa di istana.

Jepang pada saat hiroshima dan nagasaki di bom atom oleh tentara Amerika,  hal yang utama di tanyakan bukan berapa jumlah korban tetapi berapa jumlah guru yang selamat. Hal tersebut membuktikan begitu konsenya jepang dalam mengembangkan pendidikan. Dan buah konsistensi tersebut sehingga menjadikan jepang menjadi salah satu negara maju di dunia.

New Normal
Normal baru (New Normal) di bidang pekerjaan, dan pendidikan sebenarnya bukanlah hal yang baru, karena New Normal hadir seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.

New Normal di bidang pekerjaan telah lahir semenjak awal abad ke-19 dimana mulai saat itu Manusia hanya jadi satu faktor saja dari seluruh proses aktifitas. Filem klasik Charles Chaplin The Time Machine adalah renungan atas kondisi tersebut.

New normal pendidikan sendiri lahir semenjak adanya transformasi komunikasi karena berkembangnya ilmu pengetahuan. Dimana komunikasi didunia pendidikan bertransformasi 2 tahap dari komunikasi lisan kemudian bertransformasi ke komunikasi tulisan. Komunikasi tulisan bertransformasi ke komunikasi elektronika.

Di era komunikasi elektronika saat ini menjadikan pola hubungan pun berubah, dimana alat-alat audio-visual menjadi penting. Orang-orang bisa menjadi sufi tampa harus berguru ke lembaga-lembaga konvensional seperti sekolah,kampus, dan pesantren saja, tetapi sudah dapat di lakukan dengan berguru disumber anonim seperti radio, televisi, dan internet (baca: kuntowijoyo;2001).

Maka dari itu new normal seharusnya bukan di maknai dengan hidup berdampinganya kita dengan Pandemi, tetapi hidup berdampinganya Imtak (Iman dan Takwa) dengan Iptek (Ilmu pengetahuan dan teknologi) dalam keseharian kita.

*Penulis Mardin Kadir ( Mahasiswa Fisip Prodi Adm. Negara Universitas Dayanu Ikhsanuddun).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun