Richard Brodie dalam bukunya Virus of mind (1996)  memperluas teori ini. Dia mengatakan bahwa ada 3 jalur yang digunakan meme dalam menulari benak orang, yaitu :
- Repetition (pengulangan). Indoktrinasi yang diulang-ulang sehingga indoktrinasi itu terasa akrab dan merupakan bagian dari program diri. Anak muda sangat rentan terhadap indoktrinasi.
- Cognitive dissounance (ketegangan ). Bila orang berada  dalam ketegangan dan  merasa tidak  nyaman,  dan bila muncul suatu doktrin  baru yang bisa mengendurkan ketegangan itu ,maka doktrin  baru itu akan didukung dan doktrin  lama dibuang.
- Free ridding ( menunggangi). Bila orang nyaman dengan doktrin baru maka doktrin baru itu akan  menunggangi nalurinya. Ajaran –ajaran lama (leluhur)  sudah tidak menarik lagi, karena muncul doktrin baru  yang diperdengarkan nyaris sempurna, dan meminta orang percaya buta.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi bisa terjadi evolusi yang digerakkan oleh meme yang mempengaruhi kesadaran manusia dan dalam perubahan social Komunikasi berperan melahirkan Radikalisme .
Kemajuan teknologi mempercepat sampainya informasi kepenjuru kehidupan. Media televise yang secara terus menerus memberitakan tentang kekerasan tanpa sadar melakukan repetition untuk membentuk suatu indoktrinasi. Media masa baik cetak maupun eletronik yang selalu memberitakan tentang ketidak adilan yang dilakukan pihak penguasa, pengusaha dan kelompok kuat lainnya terhadap kelompok yang lebih lemah, seperti melakukan sebuah doktrinisasi yang berfungsi menularkan meme ke khalayak luas.
Jika kita menyadari kondisi ini secara purna, dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi, ditambah lagi kebebasan media yang mengunggangi eforia berdemokrasi di Indonesia, memiliki peran penting untuk timbulnya Radikalisme sebagai sebuah ekses negative dari sebuah kemajuan dan keterbukaan.