Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Dosen

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tahu Asap Tropodo: Ketika Limbah Plastik Menghidupi Industri, Namun Meracuni Warga

2 Juli 2025   15:40 Diperbarui: 2 Juli 2025   15:40 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mikroplastik (Sumber: https://www.quarks.de/umwelt/muell/fakten-zu-mikroplastik/)

Desa Tropodo di Sidoarjo, Jawa Timur, adalah salah satu sentra produksi tahu terbesar di Indonesia. Tiap hari, industri rumahan di desa tersebut menghasilkan berton-ton tahu yang dipasarkan ke berbagai kota. Tapi, siapa sangka, proses pembakaran tahu di desa ini mengandalkan bahan bakar yang tidak biasa yaitu limbah plastik impor.

Betul biayanya murah, mudah terbakar, dan tersedia dalam jumlah besar, sehingga limbah plastik dijadikan solusi bahan bakar alternatif oleh banyak pelaku industri tahu di Tropodo. Akan tetapi, solusi ini dibayar dengan harga yang jauh lebih mahal yakni pencemaran lingkungan, krisis kesehatan masyarakat, dan ancaman masa depan generasi mendatang.

Dioxin dalam Telur, Mikroplastik dalam Tahu

Penelitian yang dilakukan oleh ECOTON (Ecological Observation and Wetlands Conservation) bersama International Pollutants Elimination Network (IPEN) mengungkapkan fakta mengejutkan. Telur ayam kampung yang diternakkan di sekitar pabrik tahu Tropodo mengandung dioxin hingga 200 picogram TEQ per gram lemak. Angka yang 80 kali lipat lebih tinggi dari batas aman menurut WHO.

Dioxin sendiri merupakan senyawa kimia beracun yang terbentuk dari pembakaran bahan-bahan yang mengandung klorin, seperti plastik. Dioxin bersifat karsinogenik (pemicu kanker), dapat mengganggu sistem imun dan hormon, serta menyebabkan cacat lahir bila terpapar dalam jangka panjang.

Lebih dari itu, laporan investigasi oleh The Guardian (2025) menunjukkan bahwa tahu yang dihasilkan dari pembakaran limbah plastik mengandung mikroplastik. Partikel-partikel plastik ini sangat kecil (kurang dari 5 mm) dan bisa masuk ke tubuh melalui makanan, air minum, atau udara yang terhirup.

Mikroplastik tidak hanya menjadi kontaminan fisik, tetapi juga dapat membawa bahan kimia berbahaya seperti logam berat dan zat aditif beracun. Ketika masuk ke tubuh manusia, mikroplastik berpotensi menyebabkan gangguan sistem pencernaan, metabolisme, hingga sistem reproduksi.

Temuan ini menunjukkan bahwa tidak hanya udara di sekitar pabrik tahu yang tercemar, tetapi juga hasil produknya. Warga yang mengonsumsi telur dan tahu dari daerah tersebut berisiko tinggi terpapar zat berbahaya yang dampaknya bisa berlangsung lama.

Kontener berisi sampah plastik (Sumber:https://palu.tribunnews.com)
Kontener berisi sampah plastik (Sumber:https://palu.tribunnews.com)

Jejak Kolonialisme Sampah: Mengapa Plastik Impor Bisa Masuk?

Sumber plastik yang dibakar di Tropodo sebagian besar berasal dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan Jepang. Plastik-plastik ini awalnya masuk ke Indonesia melalui perusahaan daur ulang di wilayah Bangun dan Mojokerto, kemudian didistribusikan sebagai bahan bakar murah ke industri kecil.

Praktik ini oleh banyak kalangan disebut sebagai waste colonialism, suatu keadaan dimana negara-negara berkembang dijadikan tempat pembuangan akhir limbah negara maju, dengan dalih bantuan ekonomi atau daur ulang.

Dampak Kesehatan: Gangguan Hormon, Kanker, hingga Masalah Reproduksi

Dioxin yang dihasilkan dari pembakaran plastik sangat sulit terurai di alam dan memiliki efek akumulatif dalam tubuh manusia. Paparan kronis dioxin dapat menyebabkan kerusakan hati, penurunan sistem kekebalan tubuh, hingga kanker dan gangguan endokrin.

Mikroplastik juga menimbulkan ancaman kesehatan yang serius. Beberapa penelitian menemukan partikel mikroplastik di dalam darah, paru-paru, bahkan plasenta manusia. Bahaya tersembunyi ini semakin mengkhawatirkan karena efeknya belum sepenuhnya bisa diprediksi.

Pemerintah Bereaksi: Larangan, Tapi Belum Solusi

Menanggapi laporan tersebut, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sidoarjo pada Mei 2025 menerbitkan larangan penggunaan limbah plastik sebagai bahan bakar. Pemerintah memberi waktu masa transisi kepada pelaku industri untuk beralih ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Namun, tantangan utama adalah ekonomi. Kayu atau biomassa yang direkomendasikan sebagai alternatif memiliki harga enam kali lebih mahal dibanding plastik. Industri kecil menengah kesulitan menanggung beban ini tanpa insentif atau subsidi dari pemerintah.

Energi Bersih untuk UMKM

Lantas bagaimana solusinya? Jalan keluar terletak pada energi bersih dan insentif hijau. Pemerintah daerah bisa menggandeng universitas dan startup energi untuk mengembangkan tungku efisiensi tinggi berbahan bakar biomassa lokal, seperti sekam padi atau pelet kelapa sawit.

Skema subsidi bahan bakar ramah lingkungan untuk UMKM juga perlu disusun. Selain itu, peran masyarakat sebagai konsumen juga penting, kita bisa memilih untuk tidak membeli tahu yang diproduksi dengan cara merusak lingkungan dan membahayakan kesehatan.

Gambar sebagai ilustrasi (Sumber:https://www.tokopedia.com)
Gambar sebagai ilustrasi (Sumber:https://www.tokopedia.com)

Makanan Sehat Tak Bisa Dibakar dari Racun

Tahu seharusnya menjadi makanan sehat, sumber protein rakyat. Namun ketika diproduksi dengan cara membakar plastik, ia berubah menjadi ancaman. Kasus Tropodo adalah cermin bagi kita semua tentang bagaimana praktik yang terlihat "ekonomis" bisa menyembunyikan bencana ekologi yang mahal.

Kini saatnya kita menuntut kebijakan yang lebih tegas, solusi yang nyata, dan solidaritas semua pihak untuk memastikan bahwa pangan kita bukan racun dalam bungkus tahu.

Sumber:

[1],[2],[3]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun