Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Dosen

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tahu Asap Tropodo: Ketika Limbah Plastik Menghidupi Industri, Namun Meracuni Warga

2 Juli 2025   15:40 Diperbarui: 2 Juli 2025   15:40 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar sebagai ilustrasi (Sumber:https://www.tokopedia.com)

Sumber plastik yang dibakar di Tropodo sebagian besar berasal dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan Jepang. Plastik-plastik ini awalnya masuk ke Indonesia melalui perusahaan daur ulang di wilayah Bangun dan Mojokerto, kemudian didistribusikan sebagai bahan bakar murah ke industri kecil.

Praktik ini oleh banyak kalangan disebut sebagai waste colonialism, suatu keadaan dimana negara-negara berkembang dijadikan tempat pembuangan akhir limbah negara maju, dengan dalih bantuan ekonomi atau daur ulang.

Dampak Kesehatan: Gangguan Hormon, Kanker, hingga Masalah Reproduksi

Dioxin yang dihasilkan dari pembakaran plastik sangat sulit terurai di alam dan memiliki efek akumulatif dalam tubuh manusia. Paparan kronis dioxin dapat menyebabkan kerusakan hati, penurunan sistem kekebalan tubuh, hingga kanker dan gangguan endokrin.

Mikroplastik juga menimbulkan ancaman kesehatan yang serius. Beberapa penelitian menemukan partikel mikroplastik di dalam darah, paru-paru, bahkan plasenta manusia. Bahaya tersembunyi ini semakin mengkhawatirkan karena efeknya belum sepenuhnya bisa diprediksi.

Pemerintah Bereaksi: Larangan, Tapi Belum Solusi

Menanggapi laporan tersebut, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sidoarjo pada Mei 2025 menerbitkan larangan penggunaan limbah plastik sebagai bahan bakar. Pemerintah memberi waktu masa transisi kepada pelaku industri untuk beralih ke bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Namun, tantangan utama adalah ekonomi. Kayu atau biomassa yang direkomendasikan sebagai alternatif memiliki harga enam kali lebih mahal dibanding plastik. Industri kecil menengah kesulitan menanggung beban ini tanpa insentif atau subsidi dari pemerintah.

Energi Bersih untuk UMKM

Lantas bagaimana solusinya? Jalan keluar terletak pada energi bersih dan insentif hijau. Pemerintah daerah bisa menggandeng universitas dan startup energi untuk mengembangkan tungku efisiensi tinggi berbahan bakar biomassa lokal, seperti sekam padi atau pelet kelapa sawit.

Skema subsidi bahan bakar ramah lingkungan untuk UMKM juga perlu disusun. Selain itu, peran masyarakat sebagai konsumen juga penting, kita bisa memilih untuk tidak membeli tahu yang diproduksi dengan cara merusak lingkungan dan membahayakan kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun