Laut di pesisir Bali dianggap sakral karena diyakini sebagai tempat penyucian diri yang dikenal dengan istilah Melukat. Sementara untuk wisata alamnya, pada beberapa jalur pendakian misalnya dapat dijumpai tempat pemujaan ditandai dengan pendirian Pelinggih Jero Gede sebagi simbol rasa syukur.
Ada juga tempat lain seperti batu besar, pohon besar dan benda-benda lainnya yang dainggap sakral dan diberikan kain Poleng (kain motif hitam-putih) yang menandakan tempat itu keramat.
Hal inilah yang sudah tentu menarik bagi wisatawan untuk melihat, dan merasakan keindahan, suasana dan kesakralan tempat wisata di Pulau Dewata ini.
Akan tetapi, beberapa wisatawan sering mengalami masalah karena adab mereka sendiri yang merusak kesakralan dan kesucian tempat-tempat wisata yang tergolong suci bagi masyarakat Bali.
Di mana Bumi Di pijak, Di situ Langit Dijunjung !
Pemberlakuan bebas visa karena hubungan diplomatik Indonesia dengan beberapa negara dianggap sebagai penyebab kurang terseleksi dengan baik wisatawan yang masuk ke Indonesia.
Sementara itu dengan terbukanya akses perjalanan wisata, penggunaan aplikasi dan kemajuan teknologi di bidang pariwisata, kelihatannya tidak diimbangi dengan informasi tentang tempat tujuan wisata tersebut.
Maksudnya begini, sebelum wisatawan berkunjung, alangkah baiknya dibekali dengan informasi destinasinya. Jika berkunjung ke Bali ada hal yang do and don't do yang mesti diketahui mereka. Mengapa ?
Penelitian yang dilakukan Tunjungsari (2018) menemukan bahwa wisatawan yang datang ke Bali sebagian besar berusia aktif dan relatif muda dengan lokasi favorit tujuannya adalah wisata alam berupa pantai (Tunjungsari, 2018).
Sementara itu, peneliti lain menemukan bahwa wisatawan yang berusia tua memilih menghabiskan harinya dengan mengunjungi bar atau kafe yang secara fisik tidak memerlukan tenaga yang besar.