Kamis malam tadi saat kami dalam kendaraan. Saya berdoa dengan kata-kata dan air mata. Panggilan telepon dan chat informasi perkembangan terbaru, membuat doa saya menjadi semakin putus asa.Â
Ulangi lagi-ulangi lagi. "Tolong, tolong, tolong suami saya Tuhan. Ketika kami sampai disana, mereka memberitahu kami bahwa dia sudah meninggal. "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah, maka kamu akan mendapat. Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu".
Ini bukan hanya ceritaku, itu juga ceritamu. Ini adalah kisah setiap orang yang pernah berdoa. Kisah dari mereka yang pernah kehilangan orang yang sangat dicintai.
Beberapa doa tampaknya dijawab dan yang lainnya tampaknya tidak dijawab. Saya tidak memiliki jawaban atau penjelasan yang baik tetapi saya juga mendengar beberapa jawaban yamg sangat buruk. "Kamu tidak cukup rajin berdoa"."Kamu tidak memiliki cukup iman".
"kamu meminta hal yang salah". "Ini semua misteri dan suatu hari nanti kita akan mengerti". Segala hal untuk suatu alasan. Sesuatu yang lebih baik akan datang. Saya belum dapat percaya atau menerima semua itu.
Lebih baik kita tidak menggunakan kalimat-kalimat itu. Itu menyakiti orang dan memutarbalikan siapa dan bagaimana Tuhan itu. Ketika saya mendengar jawaban dan penjelasan semacam itu, saya tidak bisa tidak mengingat pria lain yang berdoa pada kamis malam.Â
Dia tidak menawarkan atau kata-kata ajaib. Dia tidak memberikan daftar manfaat dari berdoa. Sementara Tuhan dapat dan terkadang memang mengubah keadaan, saya semakin yakin bahwa Tuhan, lebih sering daripada tidak, mengubah kita.Â
Pemberian diri Tuhan, kehadiranNya menopang, memelihara, menguatkan, memberdayakan , memberanikan, dan memampukan kita menghadapi situasi kehidupan. Kita melakukannya, terkadang dengan sukacita dan rasa syukur, terkadang dengan rasa sakit dan kehilangan, tetapi selalu dengan Tuhan.
Reflektif kehidupan dari cerita seorang ibu yang kehilangan suaminya.Â