Mohon tunggu...
Bernardus Marcello Agieus
Bernardus Marcello Agieus Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia

Ingin menyampaikan isi kepala saya dalam bentuk tulisan agar dapat menjadi bahan diskusi bersama manusia lainnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketidakberdayaan Perempuan Bukan (dan Tidak Pernah) Karena Perempuan Itu Sendiri!

31 Maret 2024   20:12 Diperbarui: 8 April 2024   01:31 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Medusa oleh Antonio Canova, dari The Metropolitan Museum of Art New York

Perempuan belum memiliki kontrol yang cukup atas berbagai kebijakan karena minimnya jumlah Perempuan di posisi manajerial atau pengambil kebijakan, baik di dunia swasta maupun pemerintahan. 

Hal ini tentu sangat mudah ditebak karena angka partisipasi Angkatan kerja Perempuan selalu lebih rendah dari laki-laki, dengan berbagai latar belakang seperti: rekrutmen, pendidikan, dan diskriminasi gender. 

Ketika sekolah, jika ingat, kita cenderung mengarahkan Perempuan untuk menjadi sekretaris atau bendahara, dan hal ini juga terus berlanjut di dunia kerja. 

Stigma ini telah melekat kepada Perempuan, menghalangi mereka untuk mengambil pilihan profesi yang lebih luas. Diskriminasi ini juga menjadi dampak sekaligus penyebab dari akses Perempuan ke dunia Pendidikan. 

Pendidikan di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, & Mathematics), contohnya, didominasi oleh laki-laki. Apakah sudah terlihat keterkaitannya? 

Diskriminasi kepada Perempuan menyebabkan semakin sempitnya pilihan Pendidikan bagi Perempuan. Sempitnya akses kepada Pendidikan menyebabkan sedikitnya SDM Perempuan yang berkualitas (khususnya di bidang STEM) yang pada akhirnya semakin mengerucut ketika memasuki dunia kerja. 


Ketika dunia pekerjaan hanya memiliki jumlah SDM Perempuan yang sedikit, ini akan berakibat pada tidak adanya kontrol kepada kebijakan yang responsif gender atau ramah kepada Perempuan dan pada akhirnya Perempuan hanya menerima sedikit manfaat dari kebijakan tersebut. 

Rentetan butterfly effects ini terjadi karena diskriminasi gender kepada Perempuan seumur hidupnya, yang mayoritas dilakukan oleh laki-laki baik secara sengaja atau tidak disengaja.

Di ujung tulisan ini, dengan harapan bahwa mayoritas pembaca berjenis kelamin laki-laki, semoga kita semakin sadar dan berhati-hati dalam bertindak serta berucap, agar segala keputusan yang kita ambil setidaknya tidak membuat perjuangan menuju kesetaraan gender mundur satu langkah. 

Mari bertindak agar tidak ada lagi Medusa-medusa lainnya di dunia ini. Anda, sebagai laki-laki, sebagai gender yang selalu diandalkan dalam problematika masyarakat, memiliki peranan penting dalam mewujudkan kesetaraan gender.

Perjuangan masih panjang.

Perempuan berdaya, Indonesia maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun