Pada era sekarang ini anak muda semakin aktif bahkan, sangat inisiatif dalam mengekspresikan diri mereka mengenakan pakaian-pakaiannya di akun media sosialnya. Hal ini dikarenakan perkembangan media sosial yang sangat cepat seperti Instagram, Tiktok, dan Youtube. Â "Adu Outfit" ini menjadi salah satu tren yang menarik bagi anak muda, mengapa ? Karena pada tren ini para anak muda dapat berekspresi kepada dunia media sosial dan juga mempamerkan outfit-outfit mereka kepada orang yang mereka kenal, bahkan kepada orang yang tidak mereka kenal.
Sayangnya, dibalik keasyikan anak muda dalam menjalankan tren ini, justru tren ini dapat memberikan dampak yang buruk bagi mereka. Beberapa dampak buruk dari tren tersebut adalah tekanan dari teman-teman, sifat konsumtif yang tinggi, dan dapat mengganggu sampai psikologis.
Lalu, bagaimana fenomena tren ini dapat terjadi ? Media sosial seringkali menampilkan konten orang-orang yang menampilkan gaya berpakaian mewah dan modis atau pada tren sekarang disebut "skena". Biasanya, orang-orang tersebut merupakan influencer dan akhirnya menjadi "role model" bagi kalangan anak muda. Dari sinilah, Influencer dapat mempengaruhi anak-anak muda dan akhirnya mereka meniru gaya berpakaian influencer yang mereka senangi. Biasanya, jika individu atau kelompok anak muda terlalu sering mengikuti influencernya, mereka akan disebut FOMO oleh orang-orang lain. FOMO adalah "Fear of missing out". Sifat inilah yang juga menciptakan tren "Adu Outfit" ini. Kemudian, perilaku anak muda yang konsumtif juga menyebabkan mereka selalu membeli pakaian-pakaian baru untuk di pamerkan kepada media sosial.
Setelah itu, tren ini juga menimbulkan beberapa masalah. Yang pertama adalah krisis kepercayaan diri bagi anak muda. Krisis kepercayaan diri dan identitas dapat terjadi bagi  yang tidak dapat mengikuti tren ini. Mereka sering kali merasa minder atau rendah diri karena tidak memiliki outfit yang keren. Lalu yang kedua adalah, perbandingan sosial  yang merugikan. Karena tren ini, anak muda akhirnya menilai orang-orang lain dari tampak luarnya. Kemudian yang terakhir, lingkungan dapat menjadi tercemar karena pakaian yang berlebih menjadi sampah dan mencemar lingkungan alam kita.
Untuk mengatasi masalah ini, solusi yang menyentuh berbagai lapisan masyarakat harus dibuat. Anak-anak muda harus dididik tentang pentingnya memiliki gaya pribadi dan menghindari standar sosial media yang semu. Alternatif yang lebih sehat dan ramah lingkungan adalah ide-ide fashion berkelanjutan, seperti menggunakan pakaian bekas (thrift) atau membuat gaya Anda sendiri dari barang yang ada. Selain itu, peran orang tua dan pendidik sangat penting dalam mengajarkan anak-anak bahwa harga diri tidak ditentukan oleh penampilan semata-mata.
Fenomena "Adu outfit" adalah contoh kreatif yang bagus, asalkan tidak menimbulkan tekanan sosial. Anak-anak muda harus didorong untuk mengekspresikan diri dengan cara yang sesuai dengan jati diri mereka, bukan sekadar mengikuti tren.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI