Mohon tunggu...
Maryana Ahmad
Maryana Ahmad Mohon Tunggu... profesional -

berawal di sukalaksana, cicaheum untuk kemudian berkelana di kota depok (1999-2002). selanjutnya bertugas di bandung (2002-2004), banyumas (2004-2006), padangsidimpuan (2006-2009), kota bekasi (2009-2013), kab. bogor (2013), dan sejak 2017 di jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Balada di Ruang 7

13 Maret 2014   07:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:59 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengantar.

Salam buat teman-teman alumni SMAN 1 Binjai, Sumut, terutama kelas Biologi Dua lulusan Sembilan Dua dan salam hormat buat seluruh guru yang dengan ikhlas menurunkan ilmunya kepada kami.

Sebagian isi dari cerita ini adalah benar-benar adanya dan benar-benar terjadi dengan nama pelaku adalah nama alias atau nama kecil. Mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan. Sekian dan terima kasih.

Bagian Satu

Ujian semesterlagi. Anak-anak kelas Dua Biologi Dua gemas. Habis, jika ada upacara adat ini (konon sudah dilaksanakan turun temurun dan kononnya lagi dimulai sejak Khu Bilai Khan pindah ke Stabat), anak-anak terkena stres, walaupun untuk ujian ini kali diadakan hari sunyi selama tujuh hari tujuh malam.

Untuk itu, anak-anak mempersiapkan dirinya secara matang. Yang sudah rajin menghapal makin rajin...membaca komik. Pagi menghapal. Siang, sore, malam sampai pagi kembali, terus menghapal. Kian giatnya dalam menghapal, lupa dan gak ingat kalau do’i gak pernah be a be selama tujuh hari. Padahal yang dihapal sekedar just dua kata, ya dan tidak.


Itu yang beneran mau ngadep ujian. Yang lainnya? Ini juga termasuk sungguh-sungguh dalam menghadapi ujian. Buktinya, mereka membuat secarik kertas kecil, lalu diisi dengan hal-hal yang menurutnya akan keluar dalam ujian. Kalimat yang ditulisnya gak jauh beda dengan barisan semut yang sedang menggotong seonggok roti.

Ada juga yang mau ngadep ujian ini dengan tenang-tenang bae. Ini golongan moderat. Hanya MOdal DEngkul dan uRAT karena kenyataannya, walaupun rumahnya jauh, dengan semangat abu-abunya, dia tetap pergi. Dia tetap datang. Biar capek karena kepanasan dan lelah karena lapar, dia tetap datang. Padahal, kopean gak buat. Apalagi menghapal, ih boro-boro. Tapi teman, golongan ini adalah minoritas di Ruang Tujuh.

Di hari pertama, anak-anak kelas dua masuk siang.
Dan, mari kita masuki Ruang Tujuh.
*
Di Ruang Tujuh, anak-anak sudah datang. Gak lain karena mereka udah diberi peringatan oleh Nani, sang bendahara, “Siapa yang datangnya telat, lewat dari limit waktu yang udah ditentukan, walau nol koma detik, dijamin gak bakalan dapet bantuan!”
Nani berbuat demikian karena disuruh Yayan. Ya, ini siang, itu anak mau berkhutbah.

“Indonesia, akan alami KDM, Korban Demi Moore bagi Kaum Hawa dan Korban Datuk Maringgih bagi Kaum Adam. Padahal itu mah gosip yang jadi kenyataan. Dan jelas sekali kita-kita ini adalah anak-anak ES EM A. Untuk itu kita galang kesatuan. Kita buat perjanjian. Yang melanggar, kena sanksi harus membayar uang kas terus-terusan tanpa mengenal hari pere dan libur”.

“Kenapa kita musti demikian? Karena kita satu. Satu ngapal, ngapal semua. Satu nyontek, nyontek semua, kecuali di ruang ini. Satu pintar, semuanya pintar. Satu gak naik, naik semuanya. Maka, aku minta, bila ada teman-teman yang gak bisa jawab soal, silakan minta pada yang udah bisadan jangan kepada yang gak bisa. Begitu juga pada yang bisa ngejawab soal, dipersilakan untuk mengamalkan jawabannya pada yang gak bisa dan jangan pada yang udah ngejawab soal. Bila terjadi sebaliknya, yang udah ngejawab soal akan mengubah jawabannya. Padahal, tiap detik dalam ujian kita adalah unit untuk menit. Sangat berharga,” Yayan menghela nafas dalam-dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun