Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golkar: Jaya di Masa Orba dan Lihai di Era Reformasi

20 Oktober 2016   01:15 Diperbarui: 20 Oktober 2016   14:36 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kelahiran Golkar tanggal 20 Oktober 1964 tidak dapat dilepaskan dari atmosfir politik pada masa tersebut.Angkatan Darat menilai peran PKI pada lingkup politik nasional semakin kuat sehingga dibutuhkan mobilisasi kekuatan non parpol untuk mengimbangi kekuatan PKI.

Potensi yang dilirik ialah adanya kelompok atau golongan di masyarakat yang belum bergabung dengan Parpol dan potensi tersebut disatukan dalam satu wadah yang dinamai Sekretariat Bersama Golongan Karya yang kemudian dikenal dengan nama Sekber Golkar.Ormas besar yang masuk dalam Sekber Golkar antara lain Kosgoro,MKGR dan Soksi.Ketua Umum pertama Golkar adalah Brigjend Djuhartono dan dalam perkembangannya bergabung dengan Golkar 291 organisasi.

Ketika Suharto muncul menjadi orang kuat baru Indonesia tahun 1967 tentu The Smiling General ini membutuhkan sebuah kekuatan politik untuk mem back up nya terutama memuluskan program pembangunan yang dirancangnya serta untuk mempertahankan kekuasaannya.

Suharto sadar cepat atau lambat Pemilu akan dilaksanakan maka ia butuh kenderaan politik.Setelah melalui pertimbangan yang matang Orang Kuat Orde Baru ini memilih Golkar sebagai "alat politik" nya.Demikianlah pads tahun 1971 dilaksanakan Pemilu yang diikuti oleh 10 kontestan yaitu:PNI,Parkindo,Partai Katolik,Murba,NU,Parmusi ,PSII,Perti dan Golkar.

Pada Pemilu tersebut Golkar menunjukkan capaiannya yang mengesankan karena meraup 62,79 persen suara.Prestasi gemilang ini dicapai karena Golkar di back up jalur ABG yaitu Abri,Birokrasi dan kepengurusan Golkar.Dengan ditopang ketiga jalur tersebut Golkar telah memenangkan pemilu semasa orba dengan perolehan suara yang tinggi yaitu pada Pemilu 1971,1977,1982,1987,1992 dan 1997.Semasa orba ,Golkar melakukan kegiatan pekaderan antara lain Kader Penggerak Teritorial Desa yang disingkat Karakterdes dan Kader Penggerak Fungsional.Walupun Golkar telah beberapa kali mengikuti Pemilu tapi Golkar tidak disebut sebagai partai politik.

Tahun 1998 Angin Reformasi berhembus dan kemudian dengan tekanan massa terutama mahasiswa pada Mei 1998 Suharto melepaskan jabatan Presidennya dan saat itulah berakhirnya kekuasaan Orde Baru.

Situasi politik telah berobah ,masa Reformasi telah muncul dan tekanan politik kepada Golkar supaya membubarkan diri menguat karena Golkar dianggap perpanjangan tangan dari Suharto.Terhadap serangan politik yang bertubi tubi tersebut terlihat Golkar tenang menghadapinya .Presiden Habibi sudah menjadwalkan pelaksanaan Pemilu tahun 1999.Ditengah tengah serangan politik yang semakin gencar ,Golkar menyatakan dirinya sebagai partai politik dan ikut bertarung pada Pemilu 1999 .

Walaupun Partai Golkar mengalami berbagai hujatan tapi pada Pemilu dimaksud Partai Golkar meraih peringkat kedua sesudah PDI Perjuangan dan hal ini dicapai berkat kepemimpinan Akbar Tanjung ,Ketua Umum yang bertangan dingin.Selanjutnya pada Pemilu 2004,Golkar keluar sebagai pemenang dengan raihan suara 21,58 persen.Dengan posisinya yang demikian Golkar semakin punya daya tawar politik yang semakin kuat.

Kemudian Jusuf Kalla ,Wakil Presiden dimasa SBY terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar sehingga manuver politik nya semakin tajam dan menukik.Pada Pemilu 2009 ,Partai yang menggunakan lambang pohon beringin ini menduduki posisi kedua setelah Partai Demokrat. Walaupun hanya posisi kedua tetapi Abu Rizal Bakri nakhoda baru Golkar mampu memainkan peran yang kuat untuk mempengaruhi kebijakan Presiden SBY.Kepemimpinan SBY berakhir dan muncul Presiden Jokowi dan tidak lama kemudian terjadi perpecahan di tubuh Golkar ,munculnya dualisme kepemimpinan,Abu Rizal dan Agung Laksono.

Sepanjang sejarahnya inilah perpecahan yang paling parah yang dialami Golkar dan perpecahan tersebut baru selesai melalui Munas Mei 2016 dalam halmana Setya Novanto sebagai Ketua Umum.Setya Novanto dengan sigap bertindak merangkul Jokowi dan akhir Juli yang lalu Partai Golkar mendeklarasikan dukungannya mencalonkan Jokowi pada Pilpres 2019 nanti.Golkar yang dulu berseberangan dengan Jokowi sekarang berangkulan dan kemudian Golkar dapat satu jatah menteri pada Kabinet Jokowi.Sungguh Partai Golkar sangat lihai bermanuver.

Selamat Ultah ke 52 Partai Golkar!

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun