Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Reuni 212 Sukses dan Timses Capres 01 Jangan Anggap Enteng

4 Desember 2018   15:58 Diperbarui: 4 Desember 2018   16:02 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG


Reuni Alumni Mujahid 212 yang digelar di Lapangan Monas Jakarta pada Minggu ,2 Desember 2018 telah berlangsung dengan sukses. Acara yang dimulai Minggu dini hari itu berjalan dengan tertib.Sepanjang acara sampai kepada peserta meninggalkan lokasi acara ,suasana yang terbina cukup kondusif.

Tidak terjadi aksi aksi anarkis maupun tindakan yang mengganggu kenyamanan masyarakat. Harus diakui jujur pengorganisasian acara itu cukup baik.Tentu tidak mudah mengorganisir acara yang dihadiri oleh sedemikian banyak orang .Kesadaran peserta reuni juga cukup tinggi serta disiplin yang mereka tunjukkan juga layak diacungi jempol.

Pertanyaan pertama yang muncul berkaitan reuni itu ialah ,mengapa massa sebanyak itu bisa datang ke lapangan Monas. Peserta yang datang ke acara itu tidak hanya berasal dari wilayah Jabodetabek tetapi juga banyak yang datang dari daerah daerah.

Sebelum acara digelar ,banyak pengamat yang memperhitungkan bahwa acara reuni itu tidak akan terlalu ramai jika dibandingkan dengan Aksi Bela Islam ,2 Desember 2016. Menurut mereka ,aksi 2 Desember 2016 diikuti oleh jutaan Ummat Islam oleh karena adanya kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama berkaitan dengan ucapannya mengenai Al Maidah 51.

Pada masa itu ,Ummat Islam tumpah ruah di Monas menuntut agar Ahok dipenjarakan .Ummat Islam datang berduyun duyun ke Monas karena adanya panggilan suci untuk menegakkan kehormatan ayat ayat Al Qur'an.

Hal yang demikian tentu berbeda dengan Reuni pada 2 Desember 2018 itu. Pada reuni itu tidak ada penistaan agama karena Basuki Tjahaja Purnama pada Mei 2017 telah divonis bersalah dan dihukum dua tahun penjara. Kalau demikian halnya ,apa yang mendorong jutaan Ummat Islam itu untuk datang di Monas pada 2 Desember itu?


Untuk menjawab pertanyaan ini yang dapat dikemukakan hanyalah sebatas dugaan dugaan. Pertama ,Ummat yang datang karena didorong oleh semangat untuk membesarkan syiar Islam. Mereka yang ikut pada aksi 212 tahun 2016 merasakan adanya gairah keislaman pada masa itu dan ingin kembali merasakan suasana yang demikian pada tahun 2018 ini.

Kedua,mereka yang datang karena didorong semangat kecintaan kepada Islam sekaligus juga tidak senang terhadap Jokowi.Kehadirannya di Monas juga dibalut motivasi ingin menunjukkan sebuah sikap bahwa mereka tidak menginginkan Jokowi - Ma'ruf Amin terpilih pada Pilpres nanti.

Tentu beragam alasan mereka tidak senang dengan presiden petahana itu .Misalnya adanya pandangan tentang terjadinya kriminalisasi ulama ,daya beli menurun ,hutang yang bertambah banyak dan juga isu yang menyebut mantan Walikota Solo itu antek asing dan asing.Bahkan sebahagian diantara mereka mungkin percaya bahwa mantan Gubernur DKI itu ada kaitannya dengan PKI.

Berkaitan dengan hal tersebut selayaknyalah timses Jokowi- Ma'ruf Amin mencermati dengan sungguh sungguh adanya sebuah potensi besar kekuatan Ummat Islam yang tidak senang dengan pasangan 01 itu.

Timses janganlah terlena dengan berbagai hasil survei yang sampai sekarang masih menempatkan posisi capres 01 masih unggul dari pasangan 02. Perlu diingat ,masa kampanye masih ada 4 bulan lagi dan berbagai manuver politik masih punya peluang untuk dilakukan timses 02 itu.

Selama ini terlihat timses 01 selalu mengungkapkan capaian kinerja Jokowi terutama dibidang infra struktur .Hal yang demikian tentu tak salah karena kekuatan utama Jokowi memang pada prestasi kerjanya ,kesederhanaan gaya hidupnya dan komitmennya yang kuat untuk membangun negeri ini.
Namun berkaca pada keberhasilan Reuni 212 ,maka menurut pandangan saya ,timses 01 harus lebih agresif lagi mengkonter beberapa isu negatip yang ditujukan kepada Jokowi.

Kita ambil contoh tentang isu kriminalisasi ulama. Sangat diperlukan penjelasan terhadap Ummat Islam tentang hal ini. Setahu saya ,istilah kriminalisasi ulama ini mengemuka sewaktu Habib Rizieq tersangkut beberapa kasus yang menyebabkannya ditetapkan sebagai tersangka. Publik perlu diberi informasi yang luas ,seperti apa beratnya pelanggaran yang dilakukan oleh Imam Besar FPI ini.
Begitu juga halnya dengan kasus yang menimpa beberapa ustaz lainnya perlu dijelaskan ke masyarakat .

Kemudian beberapa isu lainnya yang dituduhkan ke Jokowi ,perlu di konter dengan menggunakan bahasa yang mudah dicerna masyarakat. Walaupun Jokowi dan Menteri Tenaga Kerja telah berulang kali membantah dan menjelaskan perihal TKA asal Cina ,tetapi saya melihat masih banyak orang yang percaya bahwa jutaan tenaga kerja dari negara itu sedang dan sudah masuk ke negeri ini.
Dan hal yang penting juga ditangani berkaitan dengan kesulitan hidup masyarakat ,kesulitan mencari pekerjaan dan berbagai keluhan lainnya .

Seperti yang disaksikan, isu isu yang demikianlah yang terus digoreng oleh kubu sebelah .
Pada penutup artikel ini layak juga disampaikan ,sebuah isu politik yang dikemas melalui sentimen keagamaan sangat sulit menghadapinya. Untuk itulah timses 01 harus meningkatkan kewaspadaan dan jangan menganggap enteng terhadap berkumpulnya massa dengan jumlah besar pada 2 Desember yang lalu.

Salam Demokrasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun