Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

20 Tahun yang Lalu Soeharto Diturunkan IMF, Kerusuhan Rasial dan Mahasiswa

21 Mei 2018   07:07 Diperbarui: 21 Mei 2018   09:57 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain terjadinya krisis moneter maka pada Mei 1998 meletus lagi kerusuhan sosial dan rasial. Kerusuhan itu terjadi pada 13-15 Mei. Pada kerusuhan ini banyak toko dan pusat perbelanjaan yang dihancurkan massa terutama milik warga negara Indonesia turunan Tionghoa. Konsentrasi kerusuhan yang paling besar terjadi di Jakarta, Medan dan Surakarta. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual.

Penjarahan pada pusat pusat perbelanjaan juga terjadi.Banyak toko yang dirampok sehingga suasana mengarah ke chaos.Karena kerusuhan itu sekitar 500 orang meninggal dunia akibat kebakaran yang terjadi. Sampai sekarang belum dapat diungkap dengan jelas siapa sebenarnya penggerak kerusuhan tersebut.

Mengingat kerusuhan terjadi secara serentak di berbagai kota maka sangat naif kalau menyebut bahwa tindakan itu bukan merupakan tindakan yang terorganisir. Suasana negeri semakin panas karena gelombang aksi yang menuntut agar Soeharto  turun semakin deras dan kuat. Kemudian terjadilah tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998. Ketika itu terjadi penembakan oleh aparat dari arah jembatan yang ada didepan Trisakti.Tindakan kekerasan dan repressif itu mengakibatkan gugurnya 4 orang mahasiswa Trisakti.

Sehubungan dengan gugurnya 4 orang mahasiswa tersebut pada 13 Mei mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi berkumpul di Trisakti. Kegiatan itu diwarnai kerusuhan. Dengan keadaan yang demikian ,militansi mahasiswa semakin menguat dan tuntutan agar Soeharto  mundur semakin kuat gaungnya.

Berkaitan dengan semakin memanasnya situasi maka Soeharto  memperpendek kunjungannya di luar negeri dan tiba di Jakarta pada 15 Mei.Setibanya di tanah air penguasa Orde Baru itu mencoba untuk mengkonsolidasi kekuatannya .

Pada 19 Mei Suharto memanggil 9 tokoh seperti Nurcholish Majid, Abdulrachman Wahid ,Malik Fajar ,KH Ali Yahfi dan sejumlah tokoh lainnya. Pada pertemuan yang memakan waktu sekitar dua setengah jam itu ,para tokoh yang hadir mengemukakan situasi yang terjadi dan menyarankan agar Suharto mundur.

Permintaan tersebut ditolak Soeharto .Ia lalu mengajukan gagasan pembentukan Komite Reformasi.Pada pertemuan itu Soeharto  menegaskan ia tak bersedia lagi dipilih jadi Presiden. Namun hal itu tak mampu meredam aksi massa ribuan mahasiswa mendatangi kompleks DPR dan menguasainya. Sementara itu Amien Rais meminta massa sejuta orang untuk hadir di Monas pada 20 Mei dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Kegiatan itu urung dilakukan karena Amien Rais khawatir aksi itu akan menimbulkan korban jiwa.

Disisi lain ribuan mahasiswa yang menguasai DPR itu semakin banyak jumlahnya dan semakin nyaring menyampaikan tuntutan agar Soeharto mundur. Selain aksi aksi massa yang menuntut Soeharto  mundur sejumlah menteri yang duduk dalam Kabinet Soeharto mengambil sikap tegas terhadap rencana pembentukan Komite atau Kabinet Reformasi.

Pada 20 Mei sekitar pukul 14.30 bertempat di gedung Bappenas ,empat belas menteri bidang Ekuin Kabinet Pembangunan VII mengadakan rapat yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Ginanjar Kartasasmita .

Para menteri yang hadir yaitu : Akbar Tanjung,AM Hendropriyono,Ginanjar Kartasasmita, Giri Suseno Hadihardjono, Haryanto Dhanutirto, Justika S Baharsyah, Kuntoro Mangkusubroto, Rachmad Bambang Sumadhio, Rahardi Ramelan, Subiakto Tjakrawerdaya, Sanyoto Sastrowardoyo, Sumahadi MBA, Theo L Sambuaga dan Tantri Abeng. Ada 2 menteri yang tidak hadir yaitu Menteri Keuangan Fuad Bawazir dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Muhammad Hasan atau yang dikenal juga sebagai Bob Hasan.

Para menteri yang hadir itu menyatakan sikap menolak masuk menjadi anggota Komite atau  Kabinet Reformasi hasil reshuffle. Sikap para menteri tersebut secara tertulis disampaikan ke Suharto. Ketika malam harinya Suharto membaca surat penolakan para menteri itu, kekecewaanlah yang muncul di batinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun