Jokowi yang punya wajah "ndeso" itu ,dan belum pernah berkarir di Jakarta ,ternyata unggul terhadap seorang gubernur petahana yang sebelumnya sudah malang melintang di birokrasi DKI.
Dan kemudian yang terjadi,sosok berwajah " ndeso" itu menjadi magnit dan mampu memberi " Jokowi effect" yang memberi hasil positif untuk PDIP.Pada pemilu 2009, partai pimpinan Mega itu berada pada peringkat ketiga sesudah Demokrat dan Golkar,tetapi pada pemilu 2014 mampu meraih peringkat pertama.
Kemudian seperti yang kita saksikan ,sesudah duduk di Balai Kota DKI,karir suami Iriana itu seperti tak tertahan lagi .Sebahagian besar rakyat memberi kepercayaan kepadanya menjadi Indonesia-1.
Hal itu berarti hanya dalam kurun waktu sekitar 4 tahun sejak masih menyandang jabatan sebagai Walikota Solo,Jokowi telah menjadi orang pertama di republik ini.Jokowi pada oktober 2012 masih Walikota Solo dan 20 Oktober 2014 sudah mengucapkan sumpah sebagai Presiden RI.
Sebuah kepercayaan masyarakat yang luar biasa dan sebuah pencapaian karir yang sangat cemerlang.
Kini si " Tukang Kayu " itu ,dipercayakan kembali oleh PDIP sebagai capres 2019. Sekarang sudah ada 5 parpol yang telah mendeklarasikan dukungan kepadanya yakni PDIP, Golkar, Hanura, Nasdem dan PPP.
Melirik perjalanan karirnya yang cemerlang itu terlihat ada beberapa kombinasi yang menjadi satu: feeling politik Mega, kerja keras Jokowi, kebersahajaannya, dukungan media, antusiasme masyarakat dan nasib baik.
April 2019, Jokowi akan bertarung lagi pada pilpres. Apakah hasil kerja keras, kebersahajaan, dan nasib baik itu masih akan berpihak kepadanya?
Salam Demokrasi!