Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Mereka "Mengkhianati" Soeharto?

8 Oktober 2017   19:01 Diperbarui: 8 Oktober 2017   19:03 4075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Artikel ini terinspirasi dan sekaligus menggunakannya sebagai bahan referensi  yaitu tulisan Kompasianer Dasman Djamaluddin yang bertajuk " Benny Moerdani dan Hari Hari Sepi".


Sesudah menguraikan hari hari sepi  Benny Moerdani setelah tanpa kekuasaan lagi ,maka Pak Dasman mengutip buku Jusuf Wanandi yang berjudul " Menyibak Tabir  Orde Baru".


Pada halaman 387 buku tersebut diuraikan ,LB Moerdani bertemu dengan mantan Presiden Soeharto,beberapa bulan setelah Mei 1998.


Soeharto menanyakan kepada Benny Moerdani ,kenapa ini semuanya terjadi. Tentu yang dimaksudkan Soeharto itu kenapa ia harus lengser dari kekuasaannya pada Mei 1998.Seakan akan Soeharto sendiri tidak percaya terhadap kejadian itu.


Terhadap pertanyaan orang kuat Orde Baru itu,Benny menjelaskan ; " Kami adalah dasar dari kekuasaan Bapak ,tetapi Bapak tidak percaya lagi kepada kami dan malah lebih percaya kepada Habibie dan ICMI ( Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ) dan semua pembantu Bapak ,Harmoko,Ginanjar Kartasasmita ,Akbar Tanjung ternyata penghianat".


Kemudian Benny melanjutkan " Ini salah besar.Lihat apa yang terjadi ,militer pun sekarang sudah semakin hijau dibawah Faisal Tanjung karena Bapak tidak percaya kepada saya .Bapak tidak percaya pada ABRI ,walaupun kami selalu mendukung Bapak dan setia".



Dari cuplikan dialog tersebut menurut Benny ada kesalahan Suharto yang berkisar kepada 3 hal yaitu,1).Suharto tidak percaya lagi kepada Benny dan ABRI,2).Suharto lebih percaya kepada Habibie dan ICMI dan 3).semua pembantu Soeharto adalah penghianat.
Benny Moerdani adalah sosok militer tipe tempur yang karirnya melejit dengan cepat.Sosok ini dipanggil kembali ke Jakarta dari penugasannya di Seoul Korea Selatan setelah terjadinya peristiwa Malari tahun 1974.


Benny dikenal sebagai orang intel dan beberapa jabatan intelijen strategis dijabatnya.Soeharto semakin percaya kepadanya dan kemudian Penguasa Orba itu mengangkatnya sebagai Panglima TNI.


Benny Moerdani adalah seorang jendral beragama Kristen karenanya muncul rasa kurang simpati beberapa tokoh Islam kepadanya.
Pada masa itu ,konon kabarnya di tubuh ABRi juga terjadi semacam friksi yaitu antara kelompoknya Benny dan kelompok Faisal Tanjung yang sering juga disebut kelompok hijau.


Sekitar sepuluh tahun sebelum lengser ,kelihatannya ada pergeseran orientasi politik Suharto yang lebih merangkul beberapa organisasi Islam yang antara lain ditunjukkan dengan dukungannya kepada ICMI yang disponsori oleh Habibie.


Habibie dan Faisal Tanjung semakin dipercaya oleh Soeharto dan kemudian Faisal Tanjung diangkat sebagai Panglima ABRI.


Disisi lain Soeharto juga semakin banyak menempatkan politisi sipil pada pemerintahannya seperti Ginanjar Kartasasmita ,Akbar Tanjung,Saadillah Mursyid dan beberapa tokoh lainnya.


Sesungguhnya menjelang Pemilu 1997, Soeharto sudah mulai ragu untuk meneruskan kepemimpinannya di negeri ini.Karenanya ia meminta kepada Harmoko,Ketua Umum Golkar yang juga Ketua DPR RI untuk meneliti apakah benar benar rakyat masih menginginkannya sebagai Presiden.


Tidak lama kemudian Harmoko melaporkan bahwa penduduk republik ini masih menginginkan Soeharto untuk menjabat Presiden lima tahun berikutnya.


Ternyata laporan Harmoko ini salah karena ternyata tidak lama sesudah diambil sumpahnya sebagai Presiden pada tahun 1997,negeri ini mulai mendidih.


Diawali dengan terjadinya krisis moneter kemudian diikuti oleh aksi aksi mahasiswa yang meminta agar Soeharto lengser dari Istana. Tidak hanya unjuk rasa yang muncul tetapi pembakaran,penjarahan juga marak terjadi ,bukan  hanya di Jakarta tapi sampai merembes ke daerah daerah.Walaupun Soeharto pada waktu itu mempersingkat kunjungan kenegaraannya di Mesir dan pulang lebih awal ke Indonesia tapi nyatanya orang kuat Orba itu tidak dapat lagi mengendalikan situasi.


Massa mahasiswa sudah menguasai gedung MPR bahkan pada atap gedung itu pun ratusan bahkan ribuan mahasiswa sudah menyampaikan orasi menuntut Soeharto mundur dari jabatannya.


Ironisnya ,Harmoko,Ketua DPR/MPR yang pernah menyatakan rakyat masih menginginkan Soeharto ,justru pada 18 Mei 1998 menyampaikan tuntutan agar Soeharto mundur.


Permintaan Soeharto mundur itu disampaikan Harmoko bersama para wakil ketua lainnya antara lain ,Ismail Hasan Metaerum,Abdul Gafur,Fatimah Achmad dan Syarwan Hamid.


Dalam tekanan politik yang demikian ,Soeharto masih mencoba mengendalikan situasi dengan membentuk kabinet reformasi.
Namun beberapa orang tokoh yang pernah dianggap dekat dengan Soeharto seperti Ginanjar Kartasasmita,Akbar Tanjung,Rahardi Ramelan ,Tanri Abeng dan yang lainnya menyatakan penolakannya untuk duduk pada Kabinet Reformasi tersebut.Penolakan itu disampaikan melalui surat tanggal 20 Mei 1998.


Menyadari posisi politiknya yang sudah sangat lemah maka pada 21 Mei 1998 ,Soeharto resmi mengundurkan diri sebagai Presiden RI sesudah 32 tahun berkuasa.


Dari cerita singkat diatas benarlah yang dikatakan Benny Moerdani ,bahwa para pembantu Soeharto adalah penghianat ,apabila yang dijadikan ukuran adalah kedekatan hubungan Soeharto dengan para pembantunya.


Para pembantu Presiden itu seolah olah meninggalkan Soeharto,sepertinya mereka tidak tahu membalas jasa.


Tetapi kalau dilihat dari konteks lain andainya para kepercayaan Sorharto itu tidak  melakukan perlawanan politik ,bisa saja Soeharto tetap akan percaya diri dan kemudian melakukan langkah langkah represif terutama terhadap mahasiswa yang menguasai gedung DPR/MPR.


Karenanya tidak dapat dipungkiri " penghianatan" para tokoh tokoh kepercayaan Soeharto itu dalam taraf tertentu lebih mempercepat terjadinya reformasi atau sekurang kurangnya mengurangi jumlah korban pada mei 1998 yang lalu.


Terima kasih pada Kompasianer Pak Dasman Djamaludin yang dengan artikelnya telah memberi inspirasi untuk saya.


Salam Persatuan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun