Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Khutbah Hari Raya: Ajarkan Islam yang Toleran Bukan Yang Radikal

25 Juni 2017   06:07 Diperbarui: 25 Juni 2017   10:04 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ummat Islam pada setiap Hari Raya akan berbondong bondong mendatangi masjid ataupun lapangan untuk menunaikan Sholat Idul Fitri.

Sering terlihat mereka umumnya memakai pakaian baru ,dengan penuh semangat dan wajah yang ceria berjalan kaki,naik kenderaan ingin segera tiba di tempat sholat.

Umumnya masjid masjid tidak akan mampu menampung jemaah sehingga harus dipasang tenda di sekitar masjid agar semua jemaah bisa mendapat tempat.

Jumlah jemaah Sholat Id pasti lebih banyak dari jemaah sholat Jum'at karena pada sholat Id ini juga akan ikut mengerjakan ibadah ,mereka yang disebut " PSDS" ,kependekan dari kata persatuan sholat dua kali setahun.Maksudnya mereka sangat jarang sholat dan hanya melakukannya dua kali setahun yaitu pada Sholat Idul Fitri dan Sholat Idul Adha.

Oleh karena jumlah jemaah sholat Id jumlahnya sangat banyak maka tentu khutbah yang disampaikan akan lebih banyak pula yang  mendengarnya  dibandingkan dengan pendengar khotbah sholat Jum'at.

Karenanya sangat penting untuk memilih tema yang tepat untuk disampaikan dengan harapan agar ummat bisa lebih memahami esensi ajaran Islam yang pada gilirannya akan menumbuhkan sikap yang lebih islami dalam kehidupan bermasyarakat.


Tidak dapat dinafikan ekses pilkada Jakarta sampai sekarang masih terasa yang dalam kadar tertentu juga memengaruhi semangat toleransi di negeri ini.

Disisi lain seolah olah muncul gambaran bahwa ajaran Islam dipenuhi semangat radikalisme.

Gambaran ini muncul oleh karena ada kelompok di negeri ini yang menganggap dirinya paling benar dan semua diluar kelompoknya dianggap salah.

Padahal kita sangat memahami bahwa Islam mengajarkan tumbuhnya semangat yang penuh tasamuh yang penuh toleransi terhadap sesama manusia.

Entah kenapa oleh karena tindakan sekelompok orang maka sekarang ini terasa memudarnya semangat tasamuh itu pada sebahagian ummat Islam.

Karenanya sangat diharapkan agar khutbah Idul Fitri pada 1 Syawal 1438 H kiranya dapat kembali menyalakan semangat toleransi itu.

Para guru guru,kiai maupun ustadz kita selalu mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam.Artinya siapapun di bumi ini akan memperoleh rahmat karena ajaran islam.

Tidak kan usah manusia malahan binatang juga akan memperoleh rahmat dari ajaran Islam.

Sejatinya Islam berarti kedamaian,keselamatan dan selayaknyalah pesan pesan suci yang mengacu kepada kedamaian dan keselamatan itu digali dan diungkapkan kembali.

Bukankah sejarah awal kerasulan Muhammad terutama sesudah hijrah ke Madinah menggambarkan bagaimana Rasul menunjukkan hidup berdampingan secara damai dengan kaum Yahudi di kota yang sebelumnya bernama Yatsrib itu.Kerjasama dan saling menghargai itu kemudian dikenal dunia sebagai " Piagam Madinah".

Selayaknyalah khutbah idul fitri mengeksplorasi hal hal seperti ini.

Sangat terpuji apabila isi khutbah hari raya mengungkapkan bagaimana Muhammad SAW menyayangi seorang Yahudi tua dan buta .Walaupun Yahudi tua itu memaki maki Rasul tapi kasih sayangnya tidak pernah berkurang.Muhammad SAW dengan penuh cinta terus menyuapi dengan makanan mulut si Yahudi tua itu.

Kepada para pengkhotbah ingin disampaikan bahwa thema khotbah yang mengungkapkan semangat damai dalam islam tetap akan mendapat perhatian yang khusuk dari jemaah.

Khotbah yang baik bukanlah khotbah yang berisi cacian atau  makian kepada orang lain.

Justru khotbah yang damai juga disenangi oleh jemaah dan dengan khutbah yang damai itu jugalah suasana kedamaian di negeri kita ini akan semakin sejuk.

Harus diakui perkataan atau pernyataan para dai atau pengkhotbah selalu dijadikan pedoman atau rujukan oleh ummat, karenanya dengan ikut ambil bagian dalam menumbuhkan suasana damai itu ,berarti para dai,para pengkhotbah sebagai penyampai pesan suci telah ikut pula memberi andil yang besar untuk menumbuhkan Indonesia yang toleran.

Semoga harapan ini dapat didengar!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun