Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan featured

Memaknai Arti Sumpah Pemuda di Masa Depan

26 Oktober 2016   23:09 Diperbarui: 29 Oktober 2017   16:20 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menjadi fenomenal dan monumental karena yang diperjuangkannya belum " mewujud" serta ruang lingkup waktu pengucapannya masih berada pada ruang yang dibatasi tembok tembok kokoh penjajahan Belanda yang sekitarnya berkeliling tanpa henti Politieke Inlichtingen Dienst,polisi rahasia Belanda yang memata matai semua pergerakan yang ingin lepas dari penjajahan Belanda.

Untuk mengucapkan kata "merdeka" sajapun masa itu merupakan barang yang sangat mewah karena begitu salah ucap telah menanti Boven Digul, Ende, Bandaneira sebagai tempat tinggal yang baru. Di butuhkan keberanian yang luar biasa, mental baja yang berlapis serta tekad yang membara untuk hanya sekedar mengucapkan kata sakti "merdeka".

Konon lagi untuk mengucapkan kata sumpah yang merupakan tekad dasar yang akan dijadikan pijakan untuk sebuah masa yang belum dapat diramalkan kapan datangnya. Tapi tekad, hasrat, cita-cita dan bentuk tentang sebuah masa depan telah mereka torehkan dengan sangaf jelas dan lantang.Mereka berteriak tentang sebuah kata "Indonesia" dan kepada kata itulah mereka mengacu,berbangsa satu Indonesia,berbahasa satu Indonesia dan bertanah air satu Indonesia.

Ditilik dari konsep unsur negara yang terdiri adanya rakyat(bangsa),adanya wilayah (tanah air Indonesia) dan adanya pemerintahan yang berdaulat maka Sumpah Pemuda yang diucapkan secara substansial telah mendeklarasikan lahirnya sebuah negara Indonesia walaupun tanpa pemerintah yang berdaulat. Sumpah Pemuda kemudian seperti virus yang memasuki tulang sumsum segenap kaum pergerakan yang kemudian menginspirasi mereka untuk mewujudkan Indonesia.Terjadi pembicaraan dan perdebatan yang sangat bermutu dalam sidang sidang BPUPKI dan PPKI tentang siapakah Indonesia.

Bung Karno menjadi bintang ketika Bung Karno mengawali pengertian "bangsa" dengan mengutip Ernest Renan seorang pemikir berkebangsaan Perancis.Menurut Bung Karno sejalan dengan pengertian Ernest Renan bahwa suatu bangsa terbentuk bukanlah karena kesamaan bahasa,bukan karena kesamaan ras,bukan karena kesamaan budaya tetapi suatu bangsa terbentuk karena adanya rasa senasib dan sepenanggungan yang kemudian terbentuk suatu ikatan solidaritas serta adanya tekad untuk bersama sama membangun masa depan.

Pendapat Bung Karno ini disepakati dan oleh karena ukuran yang digunakan adalah rasa "senasib sepenanggungan" maka Bangsa Indonesia itu ialah masyarakat yang mendiami pulau pulau Nusantara yang dijajah oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

18 tahun sesudah Sumpah Pemuda kita punya tafsir yang jelas secara politis dan konstitusional tentang siapakah Indonesia.Disini terlihat adanya keterkaitan yang sangaf kuat antara Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan.

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan kita telah memiliki Indonesia dan lebih dari itu kita juga sudah menjadi Indonesia--sekurang kurangnya seperti yang sering kita katakan ,lalu dimanakah lagi posisi Sumpah Pemuda.Bertahun tahun bahkan puluhan tahun bangsa ini melalui berbagai upacara telah menjadikan sumpah sakti itu sebagai sebuah ritual kebangsaan.

Sekurang kurangnya sekali setahun pada setiap tanggal 28 Oktober pada alun alun kota,pada sekolah sekolah atau pada tempat lain kita membaca kembali tentang sumpah abadi itu.Mungkin bagi anak anak sekolah bagi para pejabat bagi para pemuka negeri memperingati peristiwa historis yang terjadi 88 tahun yang lalu adalah kewajiban yang sarat dengan makna atau juga sesuatu yang biasa saja.

Merupakan hukum alam apa bila makin jauh dari "titik api" maka rasa panas akan semakin berkurang dan demikian jugalah 1928 serasa semakin jauh dari 2016.Ketika waktu akan bergerak terus ke depan jarak ke 1928 semakin jauh lalu akan semakin kuatkah terasa maknanya atau kemudian semakin redup dan hilang perlahan.Ketika kita masih berbicara hari ini tentang Sumpah Pemuda masih terasa kah getaran peristiwa heroik itu atau hanya kita menganggapnya sebatas seremonial belaka. Kalau tentang hari ini kita masih meragukan tentang pemaknaan hakiki dari peristiwa penting tersebut bagaimana mereka generasi masa depan memaknainya.

Siapakah mereka generasi masa depan itu?

Mereka adalah sebuah generasi yang tumbuh,hidup dan berkembang di sebuah negeri yang bernama Indonesia.Lalu apa arti Indonesia bagi mereka.Dalam pemahamannya tanah air itu adalah sesuatu yang "given", sesuatu yang sudah ada dan bukan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Generasi masa depan tersebut tidak salah beranggapan demikian karena mereka tidak punya romantisme untuk memaknai apa arti penjajahan dan apa arti berjuang untuk merdeka.

Mereka hidup dalam suasana globalisasi dan karena kemajuan teknologi generasi mendatang merasakan tidak ada lagi batas batas negara(borderless country).Simbol simbol dalam kehidupan mereka sudah sangat jauh berbeda dengan simbol simbol yang ada sekarang ini.Sekarang saja telah muncul simbol simbol baru sebutlah misalnya gaya hidup di kafe kafe mewah yang untuk memesan minuman teh manis hangat saja pun kita harus menyebut "hot tea", yang untuk sarapan pagi harus menyatakan breakfast dan "kita ketemu after lunch".

Lionel Messi, Christian Ronaldo,Justin Timberlake dan sederet nama lainnya telah menjelma menjadi idola baru.Sebuah generasi yang rela antri untuk membeli buku terbaru J.K.Rowling.Anak bangsa yang duduk berkelompok bersama temannya tapi tidak saling bertegur sapa semuanya asyik dengan benda sakti gadget yang ada dalam genggamannya.Pada kondisi psikologis yang demikian masih adakah ruang bagi mereka untuk membicarakan Indonesia? Mungkin pertanyaan yang lebih ekstrim lagi ,ketika mereka nonton film film action barat masih teringat kah mereka bahwa dia adalah Indonesia. Pertanyaan ini masih dapat dilanjutkan dengan sederet pertanyaan lainnya tapi perlu disepakati tidak ada yang salah dengan sikap tersebut karena memang mereka adalah anak jamannya.

Pada generasi yang demikian seperti apakah identitas kebangsaan itu.Apakah harus sama identitas kebangsaan semua generasi?Tentu jawabnya tidak.Generasi sebelum kemerdekaan dengan generasi sekarang saja akan berbeda memahami arti,jiwa dan semangat bangsa.Untuk generasi sebelum kemerdekaan ,perjuangan mereka adalah bagaimana menjadi sebuah bangsa.Konfigurasi pemikiran mereka dipengaruhi dua faktor besar,keragaman suku dan hidup dalam penjajahan.Ternyata generasi para pendiri bangsa mampu merumuskan arti bangsa dengan memanfaatkan momentum "kita sama sama dijajah Belanda" yang kemudian menjadi raison d'etre lahirnya sebuah bangsa .

Sesudah sebuah bangsa lahir maka tugas besar generasi sekarang adalah mempertahankan bangsa itu tetap hadir di tengah tengah ancaman globalisasi yang menekannya yaitu sebuah tatanan dunia yang saling dependen satu dengan yang lainnya.Ditengah suasana kemerdekaan yang heroik pada saat yang bersamaan dirasakan munculnya berbagai kebutuhan sebutlah misalnya untuk menggerakkan perekonomian dan untuk itu dirasakan betapa dependennya kita terhadap bangsa lain.

Untuk sesuatu yang kita sebut " kepentingan nasional" ternyata disadari atau tidak pada saat yang bersamaan kita juga harus " menggadaikan " kemerdekaan tersebut karena harus saling menyesuaikan dengan persyaratan yang diajukan oleh bangsa lain atau oleh sebuah kekuatan trans nasional.Kadang kala kita harus tunduk kepada tekanan yang datang dari luar karena kita tidak punya modal yang cukup serta kemampuan teknologi kita yang masih sangat terbatas.

Selain ancaman dari luar kita juga menyaksikan betapa semakin menguatnya sentimen kesukuan yang tumbuh didalam diri bangsa kita yang kadangkala muncul dalam konflik komunal di beberapa daerah.Ironisnya konflik komunal berbasis kesukuan muncul dalam sebuah peristiwa demokrasi yang mengagungkan nilai nilai kebebasan bagi setiap warga dalam menggunakan hak pilihnya.Beberapa Pemilihan Kepala Daerah telah memberi beberapa ilustrasi yang cukup untuk itu.

Di beberapa daerah juga terjadi konflik horizontal antar suku oleh karena terjadinya kesenjangan ekonomi diantara sesama anak bangsa.Kemudian tidak dapat dinafikan munculnya kegerahan kita sebagai bangsa karena atmosfir politik negeri ini juga mulai diisi oleh issu issu agama. Berdasarkan ini semua tidak salah untuk menyatakan generasi sekarang ini mempunyai " missi suci" untuk mempertahankan keutuhan bangsa.
Lalu bagaimana dengan identitas kebangsaan generasi masa depan.

Saya menjadi teringat artikel Sindhunata ,"Politik Kebangsaan dan Keadilan Sosial" yang kemudian mengutip Huntington yang menyatakan "Jika bangsa -bangsa sedang mencari jati dirinya ,sementara negara yang menghimpun mereka tak mampu memberi jawabnya,bisa dibayangkan ,bahwa negara kebangsaan akan kolaps",

Agak dapat dipastikan sejalan dengan ruang lingkup kehidupan yang mempengaruhinya maka generasi masa depan itu adalah generasi yang akan mencari jati dirinya.Identitas dan semangat kebangsaan yang dimilikinya tentu akan berbeda dengan yang dimiliki oleh generasi sebelum kemerdekaan dan juga berbeda dengan yang dimiliki generasi masa kini.Generasi masa depan adalah generasi Indonesia yang mungkin gamang menghadapi arus globalisasi yang begitu kuat. Mengacu pada pernyataan Huntington sebelumnya maka menjadi tugas Negara lah untuk menjawab dan merajut jati diri tersebut. Dalam konteks yang demikian Sumpah Pemuda dapat dijadikan sebagai rujukan simbolik dan historis untuk menjawab kegelisahan yang muncul akibat pencarian jati dirinya.

Walaupun di nyatakan interaksi antar warga global di masa depan seolah-olah tanpa batas negara (borderless country) tapi hal tersebut sebatas pengertian arus informasi dan gaya hidup semata sedangkan sejatinya semua orang butuh negara.Semua warga dunia pasti mengidentifikasi dirinya sebagai seorang warga dari sebuah negara.Disinilah peran penting Negara untuk memberi jawaban terhadap pencarian jati diri warga negaranya.

Negara harus mampu memberi definisi ulang tentang arti Indonesia bagi generasi mendatang dan sekaligus memperkaya kosa kata mereka tentang arti sebuah tanah air.Patriotisme bagi mereka tentu bukan dalam arti sebuah pertempuran melawan penjajah tetapi ada kosa kata lain yang muncul dalam pemahamannya sebutlah misalnya penguasaan teknologi. 

Dalam pengertian yang demikianlah Negara harus mampu memberi ruang kehidupan yang layak agar gagasan gagasannya bisa berkembang dengan optimal sehingga setiap orang merasakan kehadiran negara dalam kehidupannya dan dengan pro aktipnya Negaralah sebuah identitas kebangsaan akan terawat dan terpelihara dengan baik.

Apabila Negara gagal menjalankan perannya maka berlakulah pernyataan Huntington yaitu kolapsnya negara kebangsaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun