Sekolah juga perlu membangun budaya yang mendukung keseimbangan ini. Kepala sekolah, rekan sejawat, dan bahkan murid perlu belajar menghargai batas pribadi orang lain. Budaya sehat tidak mengukur dedikasi dari jumlah jam lembur, melainkan dari kualitas kehadiran dan kebahagiaan yang tercermin dalam interaksi sehari-hari.
Pada akhirnya, menjadi "terlalu baik" bukanlah tanda kesucian, melainkan potensi keletihan. Guru yang sehat bukan yang selalu siap menolong, melainkan yang tahu kapan harus diam, kapan memberi, dan kapan menjaga ruang untuk dirinya sendiri.
Mungkin kini saatnya kita mengubah paradigma: Kebaikan bukan tentang seberapa sering kita berkata "iya," tetapi seberapa jernih kita tahu kapan harus berkata "tidak." Karena dari kesadaran itulah, cinta terhadap profesi tumbuh bukan dari pengorbanan tanpa batas, melainkan dari keseimbangan yang memerdekakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI