Sakit hati, meskipun sering kali terasa tidak terhindarkan, sebenarnya adalah hasil dari cara kita menafsirkan situasi, bukan karena tindakan orang lain semata. Psikologi modern menunjukkan bahwa dengan mengubah perspektif dan meningkatkan kesadaran diri, kita dapat mengelola emosi ini dengan lebih baik.Â
Sebagaimana ditekankan dalam teori psikologi kognitif dan pendekatan mindfulness, kita memiliki kekuatan untuk memilih bagaimana kita merespons pengalaman emosional. Dengan demikian, rasa sakit hati bukanlah sesuatu yang harus kita hindari atau lawan, tetapi sesuatu yang bisa kita pelajari untuk diatasi dan dipahami. Dengan bertanggung jawab atas perasaan kita sendiri, kita membuka jalan menuju kesejahteraan emosional yang lebih baik. ***
Referensi
Brown, B. (2012). Daring Greatly: How the Courage to Be Vulnerable Transforms the Way We Live, Love, Parent, and Lead. Penguin Random House.
Ellis, A. (1994). Reason and Emotion in Psychotherapy. Citadel Press.
Kabat-Zinn, J. (1990). Full Catastrophe Living: Using the Wisdom of Your Body and Mind to Face Stress, Pain, and Illness. Delacorte.
Kohut, H. (1977). The Restoration of the Self. International Universities Press.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI