Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ngak Usah Pakai CV, Besok Kamu Kerja!

28 Februari 2021   21:38 Diperbarui: 2 Maret 2021   13:09 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi Twitter @tenkinoko_movie/CoMix Wave Films

Lalu Ia memberi nasehat ajaib ini 'Lain kali, kalau ada yang menawarkan kesempatan seperti itu, ambil kesempatan itu! Semua bisa dipelajari"

Di pertengahan bulan Juni, sekitar tahun 1993, saat itu saya duduk di kelas 1 SMA. Dua orang kakak kelas masuk ke ruangan. Setelah meminta ijin kepada guru matematika karena telah menyela kegiatan belajar kami. Salah satu kakak kelas berujar "siapa diantara kalian yang sudah pernah ikut drum band?". Tak seorang pun dari kami yang mengacungkan tangan ke atas. Mereka lalu pamit dan berlalu, masuk ke ruangan kelas yang lain.

Setelah kakak kelas meninggalkan kami, guru matematika malah bukan melanjutkan pelajaran. Ia bilang begini "saya ini orang kampung, duabelas bersaudara. Kalian mungkin juga kebanyakan orang kampung. Saya tidak mungkin bisa mengubah nasib saya jadi guru kalau tidak punya nyali untuk mencoba. Mengapa kalian tidak ada yang tunjuk tangan?' Suaranya sedikit meninggi. 

Dengan logat Batak yang kental dilanjutkanya "darimanalah kita tahu main drum band, klo pulang sekolah sudah bantu orang tua nya awak ke sawah, pulang dari sawah kasih makan babi, habis itu nanti masih angkatin air sambil pulang mandi, kerjaan awak baru habis klo sudah selesai makan malam'.

Lalu Ia memberi nasehat ajaib ini 'Lain kali, kalau ada yang menawarkan kesempatan seperti itu, ambil kesempatan itu! Semua bisa dipelajari" . Kata-kata itu diucapkannya sangat yakin. "Itulah gunanya mereka itu latihan". Ia menunjuk ke arah lapangan sekolah dimana suara drum terdengar ditabuh tak beraturan untuk persiapan 17 Agustus---sebulan lagi.

Ada adagium tentang ini 'ketekunanlah yang membuat batu menyerah pada air'

Insert cerita ini adalah kita manusia punya kemampuan untuk belajar dan jika seseorang memiliki kemauan yang keras, tidak sedikit yang menjadi lebih hebat dari orang yang punya latarbelakang ilmu dan pengalaman sebelumnya di bidang pekerjaan itu.

Saya ingin menceritakan kasus seorang lulusan SMK jurusan tata boga yang ahli membuat lapangan golf. Entah apa hubungannya, iya kan? Orang ini dulunya kacung bola golf, lalu menjadi ahli mendesain dan membuat lapangan golf. Ia mempelajarinya bertahun-tahun, sehingga sampai pada posisi ahli. Kontur lapangan golfnya bagaimana, orang bertanya padanya. Lapisan tanahnya pakai tanah seperti apa? Menanam karpet (rumput hidup) bagaimana? Ia faham betul soal-soal itu dan orang lain mengakuinya.

Jika seseorang memiliki kemauan yang keras, tidak sedikit yang menjadi lebih hebat dari orang yang punya latarbelakang ilmu dan pengalaman sebelumnya di bidang pekerjaan itu.

Kira-kira, menurut pembaca, andai orang ini sekarang melamar dengan modal CV SMK jurusan tata boga sebagai field manager ke sebuah perusahaan pengembang (developer) lapangan golf, bakalan diterima ngak?

Menerima Karyawan Tanpa CV

Dokpri
Dokpri

Ini pengalaman pribadi. Seingat saya, saya pernah menerima karyawan tanpa curriculum vitae. Surat lamaran, CV dan foto-copi ijazah dan kelengkapan lainnya menyusul. Saya bahkan belum kenal sebelumnya. Hanya insting saya yang menuntun saya, bahwa orang ini bisa diadalkan dalam tim saya.

Saat itu saya masih bekerja di salah satu anak perusahaan Astra International yang bergerak di bidang agribisnis yakni PT Astra Agro Lestari, Tbk (AAL) sebagai community development officer .

Lingkup pekerjaan saya meliputi; pengamanan, kehumasan, pengembangan masyarakat, termasuk penyelesaian konflik lahan di areal konsesi. Tugas-tugas pengamanan diselenggarakan oleh security atau satuan pengamanan (Satpam) jumlahnya lebih dari 30 orang belum termasuk Babinsa (TNI) dan Binmas (Polri) yang diperbantukan untuk menjaga kemanan dan ketertiban di areal perusahaan.

Saya membawahi 3 mandor satu yakni sekelas supervisor senior. Seorang diantara mereka tugasnya menjalin hubungan baik dengan serikat pekerja (SPSI) dan pembinaan paguyuban yakni, satuan-satuan pemukiman karyawan yang tinggal di afdeling.

Pekerjaan ini penting karena kalau ada masalah di paguyuban, rentetannya bisa panjang. Misalnya, air tidak mengalir ke perumahan karyawan, lalu besoknya pemanen mogok. Pemanen mogok akibatnya produksi tidak ada. Jika produksi tidak ada maka pabrik menganggur. Jika sudah sampai demikian, sudah pasti administaratur---pemimpin perusahaan, akan kena marah petinggi perusahaan di Jakarta.

Dua asisten lainnya tugasnya tidak kalah penting karena berhubungan dengan masyarakat sekitar serta supplier. Tugas ini mencakup mengawal implementasi program CSR atau community development di lapangan.

Masyarakat sekitar yang di antaranya adalah supplier TBS (tandan buah segar) kelapa sawit juga penting untuk diurus dengan memonitor rotasi panen, penyuluhan budidaya kelapa sawit yang baik dan benar, memastikan dipenuhinya jadwal pemupukan, agar buah kelapa sawit yang mereka kirim ke pabrik kualitasnya bagus. Jika tidak, akan banyak buah mentah yang dikirim masyarakat ke pabrik. Hal itu akan berhubungan dengan rendemen minyak CPO (crude palm oil) dan jika buahnya busuk maka berpengaruh ke mutu CPO karena FFA (free fatty acids) akan tinggi.

Salah satu pekerjaan yang saat itu lowong adalah kerani. Tugas kerani adalah menginput data produksi supplier (TBS dari masyarakat), memonitor perkembangan cicilan program IGA (income generating activity) yang nilainya milyaran rupiah. Berikut membuat berita acara jika ada proses ganti rugi lahan dan surat menyurat dalam hubungan dengan pihak ekternal maupun internal. Jadi, pekerjaan ini tidak remeh temeh juga. Perlu orang yang rapi (minim kesalahan) serta tekun karena tugasnya berhubungan dengan angka-angka. Salah input data bisa pihak lain yang dirugikan atau sebaliknya, perusahaan yang dirugikan.

**

Suatu pagi selepas apel pagi, seorang pemuda berdiri di Pos Satpam. Kebiasaan saya sebelum masuk ke ruangan, memeriksa jumlah antrian truk di 'kanban' (pool untuk truk sebelum masuk ke timbangan lalu ke pabrik). Satpam memberi tahu saya bahwa pemuda itu sedang mencari pekerjaan. Saya menanyainya beberapa menit. Setelah itu, insting saya mengatakan--dengan latar belakang seperti itu, orang ini pasti menghargai pekerjaanya dan bisa diandalkan. Langsung saya bilang "besok kamu masuk kerja"!

Saya lalu ke bagian personalia, urus administrasinya serta menyampaikan saya sudah punya calon kerani. Prosedur di personalia tetap saja jalankan.

Besoknya, pemuda itu datang dan sebelum bekerja, saya minta dia menghadap ke personalia dan mengikuti prosedur yang ada di sana. Selesai makan siang, personil HR datang ke ruangan saya menyerahkan hasil wawancara dan cek-list kelengkapan administrasinya. Personalia setuju. Hari itu ia langsung bekerja.

Saya bekerja dengan pemuda itu selama 3 tahun dan saya puas dengan hasil kerjanya. Belakangan, saya dengar dia telah lulus sarjana, rupa-rupanya diam-diam Ia mengambil kuliah jarak jauh. Dengan kinerja yang baik serta ijazah sarjana yang telah diperolehnya itu, kariernya sudah meningkat---tentu juga gajinya.

**

Pengalaman terbalik, suatu kali saya sedang mencari kepala security karena kepala security sebelumnya dipindah-tugaskan. Prosedurnya, saya bisa mengangkat dari security yang golongannya telah memadai (PT AAL, seperti halnya PNS juga menggunakan golongan dan jabatan).

Kali ini saya kecolongan, karena terpukau dengan curriculum vitae seorang pelamar yang kemudian sempat saya terima. Ia sebelumnya, Satpam senior di bank nasional milik pemerintah di Kota Palu serta telah memiliki gada utama (pelatihan untuk chief security) bahkan memiliki lisensi memegang pistol.

Kecewa dengan kinerjanya, hanya tiga bulan, saya berhentikan jadi kepala security dengan konsekuensi membayar ini dan itu. CV penting tapi bukan segalanya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun