Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dayak Punan, Catatan Perjalanan dari Interior Borneo

24 September 2020   21:58 Diperbarui: 25 September 2020   19:26 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu semua pekerjaan telah usai, kami duduk menikmati hidangan kopi manis. Tiba-tiba gelagar shelter kami ambruk. Kayu-kayu penyangga sebesar betis orang dewasa itu tiba-tiba patah. Gubrakkk...burung yang sedang bertengger di pepohonan, kaget lalu terbang terbirit-birit.

Kami diam di tempat masing-masing. Saling tatap. Lalu tertawa terbahak-bahak. Pantat kami sudah melorot ke tanah. Tiba-tiba kami ingat seorang ibu dengan bayi 4 bulan yang berada di ujung lantai shelter.

Syukur, ibu dan bayinya itu tidak mengalami apa-apa. Kami kembali memberesi tempat bermalam itu, menurunkan tali pengikat tenda lebih ke bawah lagi agar angin yang bertiup kencang tidak menyapunya di malam hari.

Dini hari, hujan turun. Kami agak lama menyadari bahwa air masuk ke dalam shelter. Saya telah dibuatkan tempat tidur dengan bahan karung plastik yang masing-masing ujungnya diberi dua buah kayu penyangga.

Sangat sempit namun cukup lumayan untuk kualitas tidur di hutan---namun kami semua tidur dengan tenda yang sama seperti ikan rebus yang disusun.

Kaki dan kepalaku basah karena hujan yang turun dini hari itu. Tubuh terasa sangat dingin karena berada di atas gunung yang dikurung rimbun rimba raya dengan lembah-lembah yang curam.


Ku lawan dingin itu dengan cara mengecilkan tubuhku, melipat kaki memeluknya dengan tangan. Walau kakiku tidak nyaman dengan kayu penyangga di satu sisinya, aku berusaha menerima ketidaknyamanan itu. Besok pagi psti semua akan berubah.

Bangun jam 7 pagi. Hujan masih turun. Karenanya, kami baru bisa melanjutkan perjalanan setelah jam 11 siang dan tiba di Long Penai pada jam 4 sore.

Long Penai, 27 November 2005

Kemarin sore, Avang Ipu dan Pak Pilung berburu babi dengan membawa beberapa anjing. Babi putih besar beratnya kira-kira 60 Kg dibagi tiga; untuk tuan rumah separoh, untuk Avang separoh dan paha sebelah untuk dibawa Adi porter saya ke Respen. Pesta makan babi pun berlangsung.

Kepala babi dipanggang di luar rumah dengan api sedang. Saat malam tiba kami menyayatnya sedikit-demi sedikit secara perlahan-lahan, menyuapkan ke mulut, terasa nikmat, enaknya terasa sampai ke ubun-ubun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun