Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Deja Vu, Konfrontasi di Muara Sungai Barito

4 Agustus 2020   22:39 Diperbarui: 6 Agustus 2020   03:09 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kayu galam salah satu hasil hutan kayu yang dipanen dengan metode suksesi alami (Gambar Marahalim Siagian)

Jika konflik kemudian terjadi, sesungguhnya tidak mengejutkan saya. Namun, saya tidak menyangka sepuluh tahun kemudian, sahabat baik saya ini masih harus berjuang untuk itu.

Negosiasi dan konfrontasi masih terus berlangsung dalam perebutan ruang & sumberdaya alam antara koorporasi dengan orang Dayak Bakumpai di Barito Kuala.

Kebun 'purun' sejenis rumput lahan basah yang sangat melimpah oleh penduduk diolah menjadi anyaman tikar yang cantik (Gambar Marahalim Siagian) | dokpri
Kebun 'purun' sejenis rumput lahan basah yang sangat melimpah oleh penduduk diolah menjadi anyaman tikar yang cantik (Gambar Marahalim Siagian) | dokpri
Jadi apa Laung Bahenda?

Laung Bahenda adalah kain kuning yang diikatkan di kepala sebagai simbol perjuangan dalam melakukan aksi massa.

Setia Budhi seperti yang dikutip penulis buku ini menjelaskan lebih jauh makna ikat kepala kuning itu:

Laung Bahenda Dayak Bakumpai tidak bisa dianggap remeh sebab laung bahenda adalah simbol yang membangkitkan semangat dan solidaritas sesama 'ije lebu' (penduduk sekampung) dan solidaritas sesama 'uluh ita' (sesama suku bangsa).

Ini bukan hanya sebuah buku biasa, tapi sebuah manifesto perjuangan orang kampung melawan korporasi yang berotot kuat.

Bukan hal yang buruk jika Indonesia sudah memiliki banyak kebun sawit dan industri perkebunan ini menjadi salah satu dari 5 (lima) penyumbang devisi negara yang besar. 

Hingga tahun 2019, luas kebun kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 16 juta hektar (Sawitindonesia.com). Sudah terlalu banyak, harus ada rem-nya, kalau tidak, akan memakan kebun karet, kebun kelapa, serta tanah-tanah yang kita perlukan untuk memproduksi makanan pokok.

Kanal yang dibuat oleh penduduk yang ditarik dari Sungai Barito ke kawasan rawa pasang surut. Selain sebagai pintu masuk ikan, kanal ini berfungsi sebagai akses masuk dan keluar perahu untuk membawa hasil perikan, hasil hutan kayu dan non kayu (Gambar Marahalim Siagian) | dokpri
Kanal yang dibuat oleh penduduk yang ditarik dari Sungai Barito ke kawasan rawa pasang surut. Selain sebagai pintu masuk ikan, kanal ini berfungsi sebagai akses masuk dan keluar perahu untuk membawa hasil perikan, hasil hutan kayu dan non kayu (Gambar Marahalim Siagian) | dokpri
Penutup

Banyak orang terdidik di negeri ini tidak punya kesempatan untuk membela kaumnya sendiri. Buku Laung Bahenda ini menarik untuk dibaca sebagai respon kultural Orang Bakumpai terhadap investasi/pembangunan yang masuk ke wilayah penghidupan mereka. Diorganisir oleh orang kampung sendiri, putra dari mereka yang terdidik.

Dokpri
Dokpri
Terima kasih untuk buku yang ditandatangani segala ini.  Tunggu dulu, tertulis "untuk karibku Marahalim Siagian Antropolog Sejati Terima kasih atas bantuan koreksi dan data dalam buku ini". Apa ini tidak berlebihan? *)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun