Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Apa Arti Kemerdekaan Belajar bagi Anak Batin Sembilan?

4 Desember 2019   11:51 Diperbarui: 5 Desember 2019   16:25 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ian (13 tahun) anak Batin Sembilan. (Dokpri)

Getah karet dan hasil-hasil dari hutan yang laku di pasar seperti rotan, madu, dan 'jernang' membutuhkan ukuran, timbangan, serta harga yang dilakukan bukan dengan cara barter namun dengan uang.

Begitupun sebaliknya, jika mereka pergi ke pasar membeli keperluan sehari-hari, akan selalu berhubungan dengan ukuran, timbangan, serta uang dalam transaksi jual beli.

Foto 2. Anak-anak Batin Sembilan yang mengikuti FGD (focus group discussion) untuk mendapatkan pendapat dan pengalaman mereka dengan perubahan sekolah informal (Sekolah Keliling) ke sekolah formal (Kelas Jauh) di Simpang Macan Dalam, Desa Bungku (Dokpri).
Foto 2. Anak-anak Batin Sembilan yang mengikuti FGD (focus group discussion) untuk mendapatkan pendapat dan pengalaman mereka dengan perubahan sekolah informal (Sekolah Keliling) ke sekolah formal (Kelas Jauh) di Simpang Macan Dalam, Desa Bungku (Dokpri).
Manfaat paling dasar dari baca tulis hitung (Calistung) bagi Batin Sembilan yang sudah hidup menetap adalah keterampilan hidup sebagai bagian dari komunitas desa. Desa yang tidak luput dari pengaruh modernisasi, konsumerisme, serta bagian dari ekonomi pasar yang lebih luas.

Mulanya Sekolah Keliling Kemudian Kelas Jauh


Sebelas tahun yang lalu tepatnya tahun 2008, pendidikan alternatif pernah dilakukan pada anak-anak Batin Sembilan, dua tahun lamanya.

Pendidikan alternatif ini disebut "Sekolah Keliling". Disebut "Sekolah Keliling" karena gurunya yang berkeliling mengajar anak Batin Sembilan dari satu kelompok ke kelompok lainnya.

Kegiatan belajar dilakukan bergiliran sesuai dengan janji guru dengan anak-anak didik.

Tempatnya tidak harus di ruangan di mana anak-anak suka belajar. Kadang di musala, guru mendatangi mereka ke kelompok lalu belajar di rumah orangtua anak didik, bahkan di hutan jika anak-anak itu ingin memancing, main ayunan diakar kayu setelah selesai belajar.

Ada 18 orang anak-anak Batin Sembilan yang ikut program ini dalam 2 tahun. Setelah dua tahun, guru membuat catatan perkembangan belajar 8 orang peserta didik secara kualitatif. Ada dua guru perintis dan 1 masuk diperjalanan. Catatan evaluasi berikut berasal dari salah satu guru (Sonhaji), lainnya belum ditemukan.

Sonhaji, 2011 (diolah)
Sonhaji, 2011 (diolah)

Mulai Juni 2010, format sekolah berubah. Anak-anak tersebut dimasukkan dalam Sekolah Kelas Jauh dengan status sekolah negeri, sayap dari SDN 49/I/Bungku. Agar sekolah itu dekat dengan hati Batin Sembilan dinamai dengan "Sekolah Besamo" namun dijalankan menurut platform sekolah dasar formal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun