Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang 500.000 Korban Gas Bhopal, Bisa Terulang di Cilegon?

27 Januari 2024   15:13 Diperbarui: 27 Januari 2024   15:14 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PT Chandra Asri (foto Aryo dewa)

PT CAP Jangan Mengulang Peristiwa Bhopal

Peristiwa bau busuk kimia dari PT CAP mengingatkan pada insiden kebocoran gas di Bhopal, pada malam hari 2–3 Desember 1984. Pabrik pestisida Union Carbide India Limited (UCIL) di Bhopal, Madhya Pradesh, India menjadi catatan  bencana industri terburuk di dunia. Lebih dari 500.000 orang terpapar gas metil isosianat (MIC) akibat 40 ton gas bocor dari pabrik tersebut.

Rentetan penyebab terjadinya tragedi gas Bhopal bermula adanya kebocoran dan berdampak pada kematian para pekerja. Akibat kebocoroan gas tersebut mencatat 520.000 orang terpapar.

Dari jumlah tersebut, 200.000 diantaranya berusia di bawah 15 tahun dan 3.000 diantaranya adalah wanita hamil. Catatan jumlah kematian secara resmi 2.259 jiwa dan pada tahun 1991, 3.928 kematian telah disertifikasi secara resmi. Ingrid Eckerman memperkirakan 8.000 meninggal dalam dua minggu setelah paparan gas tersebut (wikipedia).

Tragedi Gas Bhopal adalah pengingat yang menyakitkan tentang bahaya industri kimia jika tidak dikelola dengan baik. Cilegon harus belajar dari pengalaman tersebut dan mengambil langkah-langkah preventif yang tegas untuk mencegah terjadinya tragedi serupa.

Seharunya ini menjadi peringatan bagi seluruh dunia tentang bahaya industri kimia dan perlunya keamanan yang ketat dalam pengelolaannya. Tragedi kebocoran gas bisa menelan ribuan korban jiwa secara masal dan meninggalkan dampak lingkungan yang serius.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun