Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Buzzer Goib Pilkades Penentu Kemenangan

8 November 2019   18:55 Diperbarui: 13 November 2019   13:50 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dikutip dari Gagasanriau.com

"Bisa sampai milyaran dana yang dikeluarkan, kang," kata seorang tim sukses. Mendengar nominal rupiah yang tidak sedikit tentu saja kaget. Pilkades saja sudah bermodal sama dengan caleg di daerah.

Muncul pertanyaan, Kepala Desa mendapatkan gaji berapa tiap bulannya? Ini jadi pemikiran yang sulit dicernah dalam logika. Rasanya hanya sekedar pengabdian pada masyarakat tidak usah dengan berlomba-lomba mendapatkan simpatik dari warga. Modal yang besar, tentu berharap kembali seperti semula.

Modal yang besar itu, jika dirinci dengan sederhana saja, masa kampanye setidaknya para calon Kades merogo saku dalam-dalam untuk menemui warga. Kebiasaan silaturahmi rasanya tidak lengkap tanpa adanya gorengan, kopi, dan rokok.

Ini hanya standar makanan ringan saja, belum ada pertemuan yang lebih besar antar relawan, sampai potong kambing untuk acara bancakan (makan) bersama. Warga lebih suka dengan sosok yang royal dan tidak pelit.

Pada saat pemilihan, biasanya situasi menjadi sensitif. Para pendukung dari masing-masing calon akan saling mengamati. Saling menaruh kecurigaan. Serangan fajar pun tidak kira-kira demi mendapatkan satu suara.

Di saat para dukun harus kerja lebih ekstra untuk mempengaruhi warga dengan cara magis, para calon Kades pun masi merasa belum cukup untuk modal mendapatkan suara.

Serangan fajar masi tetap berlaku di kalangan warga desa. Sudah menjadi kebiasaan juga. Prinsip ada uang ada suara pun bisa berpengaruh. Tidak ada ceritanya warga yang punya hak milih tidak kecipratan amplop.

"Kemarin di lokasi pemungutan suara, serangan fajar lebih gila lagi. Tiap orang yang mau masuk bilik suara langsung dipepet. Diselipkan uang lima ratus ribu," cerita seorang kawan lagi.

Ini lebih gila lagi, serangan fahar dari Caleg saja paling banter Rp 100.000. Jika ingin unggul mendapatkan suara, sebut saja 500 suara, sudah jelas Rp 250.000.000.

Ini belum pengeluaran menjaga konsistensi pemilih agar tidak lari ke lain hati. Siapapun yang memiliki keinginan akan menjadi dermawan, jika ada warga yang sakit pasti dijenguk dan diobati, jika ada yang pesta nikahan minimal nyumbang satu ekor kambing, jadi apapun kebutuhan warga pasti dipenuhi. 

Pencitraan itu penting.

Hingga akhirnya, para pendukung yang bergerilia "serangan kesiangan" itu, mendapatkan suara lebih banyak. Entah calon Kades ini dukunnya lebih sakti menentukan kemenangan, atau emang politik uang yang sangat berperan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun