Kekayaan imajinasi adalah modal penting untuk membuat komik yang "hidup". Ada benarnya kata Desy (sang editor cetakan kedua komik) bahwa, imajinasi dan cerita anak hanya akan dipahami dengan baik oleh seorang anak. Jika pun orang dewasa berusaha membaca dan memahaminya mungkin akan tampak biasa. Itu terjadi karena cara berpikir dan pandangan orang dewasa sudah berkembang jauh dibandingkan anak-anak. Anak-anak memiliki dunia imajinasi tersendiri dengan keunikan yang bervariatif.Â
Uniknya, setiap topik selalu disertai dengan biodata penulis dan komikus. Coretan gambar komik asli penulis pun turut dimuat. Alhasil, pembaca bisa menimbang sekaligus menilai sinkronisasi antara gambaran awal dan hasil ilustrasi yang dibuat. Tak ketinggalan, tepat di halaman terakhir dilampirkan formulir dan syarat pengiriman naskah ke redaktur Komik Next G besutan Muffin.Â
Lebih jauh, hemat saya, pemilihan konten komik Next G besutan Muffin memiliki sistem yang sama dengan majalah Bobo. Sama-sama mewadahi-menjaring kreativitas anak dalam menuangkan cerita melalui gambar. Komik salah satunya.Â
Komik dipilih dengan pertimbangan karena anak-anak cenderung menyukai sesuatu yang bersifat visual dan berwarna. Visual dan warna-warna tersebut tentu akan merangsang tumbuh kembang kognitif anak. Saat proses membaca komik perlahan akan ada validasi dan konfirmasi antara realitas dan fiktif.Â
Serangkaian pertanyaan perbandingan akan muncul ke muka. Pertanyaan itu muncul disebabkan anomali nir realitas. Apa yang biasanya dilihat tidak sesuai dengan apa yang ia baca. Alhasil, muncullah satu pemahaman baru tentang dunia ide dengan segala kefiktifan dan kebebasan.Â
Daun kok warnanya biru? Mata itu kalau lihat uang warnanya jadi hijau ya? Ada orang kok kepalanya bintang ya? Demikian contoh bentuk pertanyaan validasi atas hal-hal anomali tatkala membaca komik. Mendapati hal tersebut terkadang anak akan bertanya kepada orang dewasa. Orang tua atau siapapun yang ada di sekitar yang ia percaya.Â
Meninjau konten yang ada, ilustrasi ditekankan ramah anak. Alur cerita sederhana namun mendorong terasahnya aspek kognitif, apektif dan spiritual pembaca. Cerita pun dikemas apa adanya tidak mesti happy ending.Â
Nah, dari sana kita mafhum, siapa pun bisa mengirimkan coretan komik asli via email yang tersedia. Kemudian naskah disortir dan dikurasi sesuai standar. Tak lupa sertakan scanan formulir persetujuan dari penulis dan orangtua.Â
Dalam prosesnya, bisa saja tim menolak mentah-mentah naskah yang masuk. Hal itu terjadi jika ketahuan naskah yang dikirimkan dicap hasil plagiat. Originalitas dalam berkarya memang harga mati. Harga yang terkadang tidak dapat ditebus dengan besaran royalti.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI