Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Learning by Doing: Kunjungan Produksi ke UD Intan Jaya

15 Desember 2022   12:25 Diperbarui: 15 Desember 2022   12:33 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi pribadi: Siswa-siswi sedang menjereng kulit yang telah dipotong kecil-kecil)

Sejarah Berdiri UD Intan Jaya 

Mula-mula sang owner perusahaan memberikan informasi penting mengenai sejarah berdiri dan sepak terjang UD Intan Jaya kepada partisipan. Disebutkan, UD Intan Jaya merupakan usaha turun-temurun yang berdiri tahun 1996. 

Di awal pendirian, produksi dan pemasaran produk dilakukan secara tradisional, door to door. Itu pun  yang menjadi konsumen utama adalah tetangga sekitar pabrik. Alhasil, pemasaran produk hanya berjalan ditempat. Tidak ada istilah manajemen, jemput bola dan marketing dalam skala luas.

Baru dalam kurun waktu tahun 2000-an setelah UD Intan Jaya dipegang oleh anaknya (baca: owner sekarang) transformasi besar-besaran dilakukan. Manajemen, sistem pemasaran dan distribusi produk serta kerjasama dengan beberapa perusahaan makanan khas kian di-upgrade. Upaya transformasi itu tidak tanggung-tanggung, bahkan sang owner UD Intan Jaya melakukan riset produk rambak sampai ke luar kota. 

Riset dalam rangka pengembangan produk itu beliau lakukan di beberapa kota. Mulai dari produk rambak di Jogja, Jombang, Boyolali, Mojokerto dan daerah lainnya. Fakta temuannya, di daerah lain rasa kerupuk rambak ternyata sudah bervariasi. Misalnya kerupuk rambak dengan rasa balado, pedas manis dan lainnya. Transformasi rasa itu pada akhirnya disesuaikan dengan selera dan minat konsumsen. 

Temuan kedua, setelah beliau mencermati ternyata perusahaan produk kerupuk rambak kulit di luar kota sudah memiliki pasar dan distributor tetap dalam skala yang luas. Temuan ini menjadi prototipe pengembangan perusahaan dan mempertegas sisi mana saja yang harus ditingkatkan. 


Dari riset itu akhirnya sang owner memiliki pandangan bagaimana menjadikan Sembung sebagai sentral produk kerupuk rambak pertama di Tulungagung. Hal itu penting dilakukan, mengingat dari sisi pendirian dan perintisan UD Intan Jaya sudah jauh lebih tua dari perusahaan rambak di kota lain. 

Pengembangan UD Intan Jaya itu bermula dengan membangun kios di dekat stasiun KAI kampung dalem pada tahun 1998. Letak kios itu tepatnya berada di selatan jalan raya. Kehadiran kios itu berperan sebagai pendongkrak marketing dan pemasaran produk. Satu langkah lebih maju dari sebuah perusahaan yang dirintis dengan modal pesangon PHK dari perusahaan, dengan jumlah 1,5 juta yang kemudian dibelikan kulit dimasak di dapur sendiri.

Tidak hanya memiliki kios utama dalam upaya memasarkan produk, di tahun-tahun berikutnya produk UD Intan Jaya juga berhasil dipasarkan di Gresik, Surabaya hingga di tanah Lamongan. Disebutkan, masuknya produk rambak UD Intan Jaya ke Surabaya dipandang telat karena telah jauh kalah start dengan eksistensi produk rambak produk Mojokerto di Surabaya.

Setelah berhasil membuka kios di jantung  Tulungagung dan memasarkan produk ke luar kota, lantas UD Intan Jaya kembali membuka kios cabang dekat dengan gunung Bolo. "Salah satu resep dalam berbisnis ya harus pantang menyerah dan terus mau belajar. Sehingga kita bisa menuai hasilnya di kemudian hari. Sementara jatuh bangun dan kegagalan adalah hal biasa dalam menjalankan suatu usaha", papar sang owner. 

Bahan baku kerupuk rambak di UD Intan Jaya sendiri berasal dari 2 kulit pilihan: Kerbau dan sapi. Kedua kulit itu perbedaannya dapat dilihat secara fisik dan rasa kerupuk yang dihasilkan. Rambak sapi lebih nyereti (dalam bahasa Jawa berarti seret, tersendat dan mudah haus) sedangkan kulit kerbau, dari segi rasa jauh lebih renyah dan tidak seret di tenggorokan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun