Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Jangan Ajari Anakmu Menjadi Pengemis di Hari Lebaran

13 Mei 2022   07:24 Diperbarui: 13 Mei 2022   07:39 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak jarang, di saat sanak famili baru singgah  sebentar di dalam rumah, tanpa basa-basi sepatah katapun biasanya anak-anak langsung bergerombol, salim satu-persatu dan meminta jatah THR. Bahkan tak jarang pula, sang orangtua mengajarinya untuk melakukan hal yang demikian. Entah dengan cara membisikinya ataupun menegaskannya secara terang-terangan di muka.

Supaya gamblang, kita ambil contoh kalimatnya. "Lihat tuh Om Pulan datang. Sana salim, barangkali saja nanti dapat uang". "Mana nih, jatah THR-an buat aku? Om dan Tante kan dapat banyak THR dari tempat kerja". "Ayo kita main ke tetangga sebelah, mereka kan orang kaya. Selain kenyang, pasti kita dikasih sangu".

Melalui ucapan, ajakan dan tindakan yang demikian sesungguhnya orang tua sedang mengajarkan anaknya untuk menjadi seseorang yang memiliki mentalitas yang lemah. Mentalitas yang lemah di sini maksudnya adalah menjadi seorang peminta-minta. Padahal dalam ajaran agama Islam sendiri mental peminta-minta (pengemis) sangat dilarang. 

Dalam keterangan hadits diriwayatkan:
"Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidak fakir, maka seakan-akan ia memakan bara api (H. R. Ahmad, 4/165).

Melalui hadits tersebut kita bisa memahami bahwa tindakan meminta-minta tidaklah baik untuk dilakukan. Sebab menghinakan diri secara langsung. 

Dalam Islam kita diajarkan, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Hal itu menunjukkan bahwa sebaik-baiknya manusia di muka bumi adalah mereka yang bermanfaat bagi yang lain. Adapun apabila kita belum mampu menebar manfaat (kebaikan, berbagi) kepada yang lain, maka Islam mengajarkan kita untuk berpegang teguh pada dua sifat utama: 'Iffah dan 'Izzah.

'Iffah dalam konteks ini tentunya berarti menjaga kesucian diri dengan cara menanamkan rasa malu dalam takwa. Malu dalam meminta. Termasuk di dalamnya, malu untuk menjadi seorang peminta-minta karena gila harta. Malu meminta-minta yang bukan haknya. Malu menjadi pengemis untuk memalak jatah bagian di hari raya. 

Sedangkan melalui rasa 'Izzah, kita sebagai seorang muslim sudah seharusnya menjaga harga diri dari hal-hal yang sekiranya merendahkan derajat demi nafsu dunia. Tak terkecuali hanya karena gila harta. Berani merendahkan diri demi lembaran rupiah di hari raya. Tentu, hal itu sangat dilarang dalam Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Maka, jalan pilihan terbaik bagi seorang muslim yang baik adalah memberi kemanfaatan dengan berbagi dan tetap menjaga diri dari tindakan meminta-minta. Jagalah derajat dan harga dirimu dengan cara tidak mengajarkan anak untuk menjadi pengemis di hari raya.

Lantas bagaimana jika ada kakek, nenek, om, tante, paman dan sebagainya memberikan jatah THR kepada kita? Apakah harus ditolak? Ya jelas tidak! Karena rezeki itu datang bukan atas dasar usaha kita mengemis kepadanya. Rezeki yang diberikan itu justru datang dari arah yang tidak terduga. Rezeki yang menjadi hak kita.

Wallahu a'lam bi shawwab.

Tulungagung, 03 Mei 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun