Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Putus

16 Juli 2021   20:35 Diperbarui: 16 Juli 2021   21:13 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Satu kata yang mewartakan duka perasaan

 Ia ada karena prahara keintiman

hubungan yang bersambung pertikaian
salah paham, konflik dan ketelanjuran
Atau memang solusi terbaik yang harus timbul ke permukaan
Jalan yang harus ditempuh meskipun enggan

Setapak demi setapak kita saling meninggalkan
Membawa raut wajah yang saling memalingkan
Melipat segala bentuk tingkah sebagai kemaluan
Saling mengacuh sembari menyembelih perasaan

Mengusap peluh dalam sendu sedan
Memupus memori indah kebersamaan
Menghapus jejak rayuan maut yang telah kena sasaran

Atas nama pengkhianatan, perbedaan keyakinan atau restu yang tak kunjung diberikan
Gejolak asmara yang kian mendidih itu pun harus ditanggalkan
Tujuan akhir duduk di pelaminan itu segera karam dihantam kenyataan
Perlahan-lahan kita mendayung biduk yang menghilirkan arus bernama saling melupakan

Meski menyisakan kecamuk perih yang rasanya terus mernyelinap berulang-ulang dalam keheningan
Dan semuanya tumpah menjelma sesenggukan
Dalam kesendirian masing-masing kita merintih kesakitan

Tak apa tapi, biarkan luka itu melarutkan diri lantas menjadi kekuatan
Biarkan kerapuhan rasa yang meliputi jiwa itu mengesampingkan kuasa akal pikiran
Untuk sesaat biarlah rasa yang menjadi pusat perhatian
Tuan dari sekian tuan
Nahkoda dari segala gundah dan pelampiasan
Walau polahnya mengarah pada ketidakwarasan

Tapi jangan pula sampai kebablasan
Batas-batas penyesalan itu biar kita tuntaskan
Keringkan, lalu kita lekas membaik menjadi kawan
Bukan malah menjadi musuh bebuyutan
Menyimpan kobaran dendam yang tak berkesudahan

Meski cangggung tak dapat dinafikan
Meski sejarah tak benar-benar dapat disembunyikan
Meski asing beradu pandang tatkala berpapasan
Namun jangan pernah dituruti bisikan setan

Toh kalian sudah tahu-menahu bukan? Bagaimana membopong tubuh yang penuh sesak keterlaluan?
Berjalan menapak tapi terasa melayang
Menjalani hidup tapi dirundung kematian harapan
Berat memikul pedih hati dan pucat pasi perasaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun