Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pelatihan Menggali Ide Menulis di Hari Ketujuh Puasa

20 April 2021   12:50 Diperbarui: 20 April 2021   21:08 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Begitupun dengan apa yang kita dengar. Baik ceramah, diskusi, podcast, webinar, dan lain sebagainya. Apapun yang kita dengar pada dasarnya memiliki potensi untuk menjadi ide cemerlang hingga terejawantahkan dalam bentuk satu tulisan. 

Namun yang terpenting, dari semua yang kita baca, tonton dan dengar itu harus difilter terlebih dahulu menggunakan hati. Mengapa demikian? Sebab tanpa pertimbangan yang matang kita tidak akan mampu menemukan mana saja yang pas dan mampu dijadikan sebagai ide atau tema untuk ditulis. Pertimbangan ini juga perlu, supaya kita jangan sampai menuliskan satu hal yang kurang baik atau bertabrakan dengan hal-hal yang tidak dikehendaki.

Lima Teknik Menggali Ide Menulis

Menurut Kang Anhar terdapat lima teknik untuk menggali ide dalam menulis, yakni melihat kebutuhan pasar, observasi diri, penggunaan panca indera, ATM (amati, tiru dan modifikasi) dan True Story (kisah nyata, pengalaman).

Pertama, menggali ide menulis dengan melihat kebutuhan pasar. Kebutuhan pasar dalam konteks ini maksudnya kecenderungan genre tulisan yang banyak digemari oleh khalayak ramai. Singkatnya, di sini kita bisa menjadikan minat baca orang lain sebagai referensi untuk menulis buku.

Terus bagaimana cara kita mengetahui kecenderungan itu? Untuk itu kita bisa melakukan survei dengan mengobservasi ide atau tema apa yang laris terjual di toko-toko buku offline ataupun online. Tidak hanya itu, kencederung minat baca pada aplikasi kepenulisan yang sedang booming sekarang juga bisa dijadikan salah satu objek pengamatan. 

Nah, syukur-syukur kalau kita bisa menyulap kanal media sosial yang dimiliki untuk dijadikan media dalam meninjau sejauh mana kecenderungan minat baca follower kita melalui polling kecil-kecilan. Singkatnya, kita memang dituntut untuk benar-benar jeli dalam membaca peluang yang ada. Apakah tulisan yang berlaku di pasaran itu bergenre romance, horor, komedi, petualangan, motivasi, tips dan lain sebagainya.

Adapun kelemahan dari teknik yang pertama ini ialah rentang waktu yang terbatas. Artinya, bisa saja kita memanfaatkan momentum yang ada di hadapan untuk menghasilkan karya, namun jangan sampai telat menerbitkannya. Sebab bisa saja, karena telat dalam melaunching buku, buku itu tidak akan laku lagi di pasaran. Minat baca orang-orang atas tema itu telah hilang. 

Kita ambil saja satu gambaran konkretnya. Misalnya tatkala bulan suci Ramadan menjelang tiba, maka alangkah baiknya kita menulis tema up to date tentang seputar Ramadan. Kemudian, buku itu kita terbitkan di saat bulan Ramadan itu pula. Maka insyaallah buku itu akan laku di pasaran.

Kedua, menggali ide menulis dengan jalan mengobservasi diri. Dalam teknik ini banyak bertumpu pada penghayatan atas potensi yang kita miliki secara pribadi. Baik itu kelebihan ataupun kekurangan. Maksudnya, kita berusaha menggali dan mengorek-ngorek diri pribadi hingga menjadi ide yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan.

Mengapa demikian? Sebab bisa saja apa yang ada di dalam diri kita menjadi sesuatu hal yang menarik, berharga dan bermanfaat bagi orang lain. Misalnya saja mengangkat tema tulisan tentang sesuatu hal yang menjadi hobi dalam kehidupan kita. Entah itu hobi yang berkaitan dengan dunia pendidikan, kesehatan, ekonomi, keuangan, pertanian, memasak, menggambar dan masih banyak lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun