Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hujan dan Kesumpekan Manusia

12 Oktober 2020   23:40 Diperbarui: 13 Oktober 2020   00:09 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Steve secara tegas menyakini, bahwa semenjak lahir sesungguhnya manusia diberkati dengan miliaran potensi yang menunjukkan betapa kayanya masing-masing pribadi kita. Masalahnya cuma satu, masing-masing kita tidak pernah menyadari dan tak ingin pernah tahu keadaan itu.

Lebih lanjut, Steve dengan nominal angka-angka hasil riset yang dilakukan di Inggris Raya hendak menegaskan berapa persen kerugian yang harus ditanggung oleh setiap manusia justru di sanalah ia sedang menghardik betapa rapuhnya manusia dalam menjalankan semua pilihan dan keputusannya.

Alih-alih manusia sibuk mengejar-ngejar dan menikmati posisi tertentu, namun di sanalah letak epoch-kesadaran akan kebutuhan-kebutuhan yang selayaknya ia dapatkan sekaligus dijadikan pondasi utama dalam menjalankan tugas kehidupan sebagai makhluk sosial-spiritual di dunia.

Sederhananya, setiap kesibukan atas rutinitas kehidupan sehari-hari sejatinya telah banyak membentuk sekat-sekat dan distingsi antara kesadaran-kebutuhan mendasar sebagai seorang manusia.

Dalam konteks itu pula, turunnya hujan di Senin pagi bukanlah satu tanda yang harus kita sesali, terlebih lagi kita benci. Justru sebaliknya, rintik tak terhingga itu tidak lain termasuk sebagai salah satu anugerah luar biasa yang dapat kita rasakan dan kita syukuri saat ini.

Terkadang kita lupa, bahwa tidak semua yang kita inginkan itu bisa benar-benar terjadi. Meskipun jauh-jauh hari Paulo Coelho dalam novel Sang Alkemis menandaskan; "bila kamu menginginkan sesuatu maka seisi jagat raya akan bersatu padu membantumu mewujudkan itu".

Namun, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kita tahu-menahu betul kapan keinginan itu terkabul? Dalam usia berapa gunungan atau satuan keinginan itu akan terwujud? Entahlah.

Di sinilah letak alasan mengapa manusia diberkati akal, hati dan kesempurnaan anggota tubuh untuk menciptakan gerak sebagai tanda adanya usaha-usaha yang masif dilakukan. Selama "proses menjadi" ini pula manusia ditempa dengan segala bentuk gubahan rasa. Pengalihan ruang transisi rasa  -dari satu keadaan menuju pada keadaan yang lain, namun pada kenyataannya tahapan itu pula yang mendewasakan diri manusia.

Sampai di sini, saya terngiang dengan kisah perempuan malang yang tinggal pada jantung hiruk-pikuk kerasnya kehidupan di Amerika. Perempuan tua bernama Bibi Grace. Begitulah tiga cucunya dan beberapa tetangga memanggilnya.

Ia hidup di rumah yang sempit dan alakadarnya, meskipun pada kenyataannya lingkungan hidup di sekitar rumahnya itu sangat metropolis dan kapitalis. Sangat tampak, persis di samping rumahnya itu gedung-gedung pencakar langit berdiri kokoh.

Namun meskipun demikian, Bibi Grace tidak pernah malu untuk menyadari dan mengakui bahwa dirinya hidup dalam ketercukupan walaupun kerapkali sempat tidak makan. Uniknya, dalam menjalani kehidupan Bibi Grace selalu memiliki tekad yang kuat untuk melakukan enam hal dalam setiap harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun