Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Muharram

27 Agustus 2020   07:54 Diperbarui: 27 Agustus 2020   08:32 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Awal baru kalender Hijriyah
Penanda gerbong waktu teruntuk hijrah
Setelah sekian purna ditelan malapetaka dan susah payah
Bumi ranum muhasabah
Antara Makkah Mukaromah pesisir Madinah Munawaroh

Namun tahukah engkau? Gelagat hijrah dasawarsa terakhir ini telah terlalu parah
Terpahami kaku salah kaprah
Hendak mencari kemerdekaan dengan buta sejarah
Mengambil seutas keputusan dengan jalan pintas namimah
Bahkan, perbincangannya terseok-seok memecah belah

Tak habis pikir, Aku pun hampir dibuatnya menyerah
Memahami sengkarut itu terlalu kewalah
Alih-alih menitip salah namun lancangnya secara tidak langsung hendak menggoyah
Mengoyaknya sampai ke remah

Sebagian di antaranya menuntut jatah
Sepertiganya hendak mengumbar aura wajah
Seperempat bagian membusung dada untuk marah-marah
Sementara seperdelapannya terjerat pasal dan aturan umum besikap ogah

Hanya atas nama kebenaran pandangan dan keyakinan pribadi semuanya dimaklumat bid'ah
Semua yang bid'ah tidak lain adalah dhalalah
Bergandengan baik dengan syayyi'ah

Dan itu bagaimana mungkin dapat terlontar begitu mudah?
Bersikap sembrono, bergulat dengan gegabah
Hingga sampailah, Aku dicap pemilik iman nan murah
Pemuda loyo berdarah lemah

Tak apa, biarlah
Toh, takan pernah padam api bertikai dengan api, malah
Cukuplah sudah
Yang terpenting di baliknya hanyalah hikmah
Lecutan keras seiring marwa hiroh teruntuk masa depan yang lebih ramah

Lihatlah, belalakan kedua bola matamu pada deretan kisah
Lapangkanlah hatimu semoga mendapat pencerah

Taubatan Nasuha Nabi Adam as berujung maqbul nian sah
Pasrahnya Nabi Nuh as dalam berdakwah hingga terpungkas tugas dengan air bah
Peleton kekejian Namrud terhadap Nabi Ibrahim as dengan onak dan api yang menyerah

Keikhlasan Nabi Yunus as di dalam perut ikan Nun menyelamatkannya melalui muntah
Ketabahan Nabi Ayyub as yang bergelut dengan berjubel-jubel nanah
Terbebasnya Nabi Yusuf as dari penjara fitnah
Sampai kisah heroik Nabi Musa as yang bermukjizat membelah laut merah

Bukankah semua itu amanah?
Syahadah,
Masing-masing pribadi kita diabahkan pada riwayat ibrah
Cerita afwah abadiah
Dan bukan serta-merta sedang beracah-acah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun