Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bertemu Malaikat di Lintasan Sai

11 Oktober 2013   08:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:42 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2007 Bibi saya yang sudah cukup sepuh naik haji, beliau ikut rombongan seorang Ustadzah yang cukup dikenal dikalangan ibu-ibu majlis taklim di Jakarta. Saya yang dapat amanah dari sepupu yaitu putri beliau “kalau sempat liat-liatin” merasa aman lantaran dari beberapa kali menyambangi di pondokannya saya lihat sang Ustadzah cukup punya perhatian terhadap Jamaahnya yang sudah terbilang lanjut usia.

Kami berhaji secara terpisah Bibi saya bersama rombongannya, saya beserta keluarga seperti biasa berombongan dengan teman-teman. Alhamdulillah urusan kami lancar-lancar saja Bibi saya bisa mengerjakan wukuf di Arafah dan melewati hari-hari tasyrik di Mina tanpa ada kendala, beliau sehat-sehat saja.

Pada tanggal 12 dzulhijah; hari pertama bubaran Mina yang disebut nafar awal. Saya beserta Reyhan dan Mamanya berniat melaksanakan Tawaf Ifadhoh. Melalui kontak telepon saya minta idzin Ustadzah karena Bibi mau ikut serta Tawaf bersama kami. Tentu saja Ustadzah dengan senang hati mengizinkannya setidaknya berkurang satu orang bebannya.

Seperti yang sudah-sudah pada tanggal 12 Dzulhijah lalu-lintas di Mekkah macet luar biasa. Alhamdulila dengan susah payah kami bisa sampai di Gedung parkir Syaib Amir yang sekarang sudah dibongkar. Kami kebagian parkir di lantai 3, lantai dasar, lantai satu dan dua sudah penuh.

Dari gedung parkir ke Masjidil Haram kami tempuh dengan berjalan kaki dan kami harus bersabar dengan memapah Bibi.

Di lantai dasar yang begitu padat dengan jamaah yang melaksanakan Tawaf rasanya tidak memungkinkan buat kami untuk juga Tawaf disana. Saya putuskan untuk kami Tawaf dilantai 2. Alhamdulillah pelahan tapi pasti hampir 2 jam kami bisa juga menyelesaikan Tawaf.

Tugas kami sekarang tinggal melaksanakan Sai. Sai adalah ritual perjalanan antara bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali perjalanan. Sai merupakan rukun haji dan apabila tidak dilaksanakan tidak sah hajinya.

Saya lihat Bibi sudah cukup kelelahan maka saya putuskan untuk menyewa kursi roda. Baru terbetik keinginan itu tiba-tiba muncul seorang anak remaja yang menawarkan kursi rodanya. Saya lihat dia sudah menggenggam segepok uang, tidak tau lagi seberapa banyak lagi uang di sakunya.

Kami sepakat menyewa kusi rodanya seharga 175 real bayar dimuka. Setelah menyerahkan kursinya sianak remaja yang berpenampilan perlente itu berpesan “Setelah selesai Sai nanti dan saya masih disini kembalikan kursi itu, kalau tida ambil saja” itu pesannya yang sampai sekarangpun masih terus saya ingat.

Baru beberapa langkah mendorong Bibi di kursi roda saya menoleh kebelakang ternyata si remaja perlente itu sudah menghilang. Sampai kami selesai melaksanakan Sai dan berniat mengembalikan kursi rodanya, si perlente tersebut tetap tidak muncul.

Saya pikir mungkin kursi rodanya sudah memberikan keuntungan yang lipat ganda sehingga dia menghibahkannya kepada kami. Atau mungkinkah dia Malaikat yang turun untuk menolong Bibi kami. Allahu A’lam.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun