Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aktivisme Gen Z dan Teladan Sahabat Muda Nabi SAW

21 September 2025   22:30 Diperbarui: 22 September 2025   14:35 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena aktivisme inklusif generasi Z hari ini menjadi sorotan di banyak ruang. Mereka hadir di media sosial, kampus, jalanan kota, hingga ruang-ruang komunitas, menyuarakan kepedulian sosial, lingkungan, dan keadilan. Sebagian orang menilainya sebagai tren sesaat, sebagian lagi melihatnya sebagai energi baru bagi perubahan. Namun, bila kita menengok sejarah Islam, ada pelajaran penting: Rasulullah ﷺ sejak awal dakwahnya justru bertumpu pada pemuda belia. Generasi muda menjadi pilar utama lahirnya peradaban Islam.

Catatan Ibnu Hisyam: Pemuda sebagai Perintis

Dalam Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam mencatat bahwa orang-orang pertama yang masuk Islam adalah anak-anak muda. Ali bin Abi Thalib menerima Islam di usia sekitar sepuluh tahun. Zubair bin Awwam berusia lima belas tahun ketika menyatakan syahadat. Sa‘ad bin Abi Waqqash baru tujuh belas tahun, namun kelak menjadi panglima yang memimpin penaklukan Persia. Bahkan al-Arqam bin Abil Arqam, pemilik rumah yang dijadikan markas dakwah, baru enam belas tahun. Mus‘ab bin ‘Umair dan Abdullah bin Mas‘ud pun masih remaja ketika berani menanggung risiko sosial dan politik demi kebenaran.

Ibnu Hisyam tidak hanya menyebut angka usia, tetapi menggambarkan keberanian mereka. Para pemuda ini sanggup menghadapi ejekan Quraisy, tekanan keluarga, bahkan siksaan. Keputusan mereka memeluk Islam bukan karena iming-iming duniawi, melainkan keyakinan akan kebenaran risalah. Dari tangan-tangan muda inilah terbentuk kutlah dakwah yang menjadi inti kekuatan Islam.

Sorotan Imam al-Dzahabi: Energi Pemuda sebagai Pilar Dakwah

Imam al-Dzahabi dalam Siyar A‘lam al-Nubala menguatkan catatan itu dengan analisis tajam. Menurutnya, Islam sejak awal bertumpu pada keberanian pemuda. Karena usia masih belasan tahun, pikiran mereka jernih, keberanian mereka besar, dan mereka tidak terlalu terikat oleh kepentingan duniawi. Al-Dzahabi menekankan bahwa energi pemuda inilah yang justru menjadi motor perubahan, sementara generasi tua kerap terikat oleh status sosial dan keuntungan materi.

Namun, al-Dzahabi juga menegaskan bahwa energi muda tidak berdiri sendiri. Rasulullah ﷺ membina mereka dengan halaqah ilmu, menguatkan aqidah, melatih kesabaran, dan menanamkan visi peradaban. Maka, keberanian pemuda tidak jatuh menjadi keberanian kosong, melainkan menjadi kekuatan strategis yang membangun peradaban Islam.

Pelajaran bagi Aktivisme Gen Z

Jika ditarik ke situasi hari ini, pola itu sangat relevan. Aktivisme Gen Z menunjukkan keberanian yang sama: menolak ketidakadilan, mengangkat suara kelompok yang lemah, dan berani melawan arus mayoritas. Namun, agar tidak terjebak sebagai tren sesaat, ada beberapa pelajaran yang bisa ditarik dari sahabat muda Nabi ﷺ:

  1. Luruskan niat. Para sahabat muda tidak mencari popularitas, melainkan iman. Gen Z pun perlu menjadikan niat sebagai fondasi, agar aktivisme tidak berhenti pada viralitas.

  2. Gunakan metode yang benar. Rasulullah ﷺ mendidik sahabat dengan hikmah dan kelembutan. Aktivisme Gen Z harus menolak hoaks, ujaran kebencian, atau kekerasan. Perubahan sejati lahir dari cara yang bermartabat.

  3. Jaga keseimbangan. Ali, Zubair, dan sahabat lain tetap menunaikan ibadah dan belajar, sekaligus aktif dalam dakwah. Aktivisme hari ini pun harus proporsional—tidak mengabaikan kewajiban utama.

  4. Bangun konsistensi. Dari rumah al-Arqam lahir kader-kader istiqamah yang setia hingga puluhan tahun. Aktivisme Gen Z harus belajar bahwa perubahan besar lahir dari ketekunan, bukan dari euforia sesaat.

Penutup: Menjadi Rantai Sejarah

Sejarah Islam menunjukkan bahwa perubahan besar tidak lahir dari kenyamanan, tetapi dari keberanian anak muda. Ibnu Hisyam mencatat detail usia mereka, al-Dzahabi menegaskan analisis perannya. Ali yang berusia sepuluh tahun, Zubair lima belas, Sa‘ad tujuh belas, al-Arqam enam belas—semua adalah bukti bahwa energi kepemudaan mampu mengguncang tatanan.

Hari ini, Gen Z sedang menapaki jalan yang mirip: penuh idealisme, keberanian, dan rasa keadilan. Bedanya, arena perjuangan kini bukan hanya pasar Makkah atau rumah al-Arqam, tetapi ruang digital global yang menjangkau jutaan orang.

Tugas kita adalah memastikan aktivisme mereka tidak padam oleh tren, tidak rusak oleh ego, tetapi diarahkan dengan ilmu, iman, dan bimbingan. Bila itu tercapai, aktivisme Gen Z tidak lagi sekadar fenomena sosial, melainkan mata rantai dari sejarah dakwah yang pernah dimulai oleh para sahabat belia di sisi Rasulullah ﷺ.

Seperti api kecil yang dinyalakan di rumah al-Arqam, energi muda hari ini pun bisa menjadi cahaya besar yang menerangi zaman. Pertanyaannya: apakah kita siap membina dan menemani mereka, sebagaimana Rasulullah ﷺ membina generasi sahabat muda, hingga mereka meninggalkan jejak mendalam bagi sejarah umat?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun