Ketimpangan sosial bukan sekadar perbedaan gaya hidup. Ia memunculkan dampak serius bagi kehidupan bangsa. Jurang kaya–miskin yang melebar kerap menjadi pemicu kecemburuan sosial, konflik horizontal, hingga kriminalitas.
Secara psikologis, ketidakadilan ini menumbuhkan rasa putus asa. Banyak orang bekerja keras namun tetap miskin karena sistem tidak berpihak. Dalam jangka panjang, kondisi ini menggerogoti rasa persatuan. Bangsa yang seharusnya berdiri di atas keadilan justru rapuh karena sebagian besar warganya merasa ditinggalkan.
Jalan Keluar dengan Islam Kaffah
Al-Qur’an sudah mengingatkan dengan tegas:
“Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Ayat ini menegaskan bahaya besar jika kekayaan hanya berputar di lingkaran elit. Konsentrasi harta pada segelintir orang akan melahirkan kesenjangan, kecemburuan sosial, hingga kerusakan tatanan masyarakat. Karena itu, Islam hadir membawa solusi yang menyentuh akar persoalan.
Pertama, Islam menata sistem kepemilikan dengan jelas. Ada kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Sumber daya vital seperti energi, air, dan tambang besar tidak boleh jatuh ke tangan swasta atau segelintir elit. Ia harus dikelola oleh negara agar manfaatnya dirasakan seluruh rakyat.
Kedua, Islam mewajibkan zakat, infak, sedekah, dan wakaf sebagai mekanisme distribusi kekayaan. Instrumen ini bukan sekadar amal sukarela, melainkan kewajiban yang memastikan harta tidak menumpuk hanya pada sebagian orang. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas orang-orang kaya dari harta mereka sesuai kebutuhan orang miskin.” (HR. Thabrani)
Ketiga, Islam menempatkan negara bukan sekadar sebagai wasit, tetapi sebagai penanggung jawab kesejahteraan rakyat. Pendidikan, kesehatan, dan keamanan adalah hak dasar setiap warga negara. Ia tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas yang hanya bisa dinikmati mereka yang mampu membayar mahal.
Dengan prinsip-prinsip ini, Islam memastikan keadilan sosial bukan sekadar slogan, tetapi nyata hadir dalam kehidupan masyarakat.