Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aspirasi Tulus Tercoreng oleh Pendemo Bayaran

1 September 2025   06:30 Diperbarui: 1 September 2025   06:48 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: konteninfografis

Demonstrasi besar di depan Kompleks Parlemen Senayan pada akhir Agustus 2025 menyisakan dua wajah. Di satu sisi, ribuan warga datang untuk menyampaikan aspirasi: kritik terhadap wakil rakyat, kekecewaan atas kebijakan ekonomi, hingga rasa muak melihat perilaku pejabat yang kian jauh dari realitas rakyat kecil. Namun di sisi lain, kericuhan dan penjarahan yang terjadi membuat suara tulus itu hilang gaungnya.

Rumah anggota DPR Ahmad Sahroni, politisi sekaligus artis Eko Patrio, hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi sasaran penjarahan. Republika mencatat, banyak pelaku bukanlah warga sekitar, melainkan massa yang didatangkan dari luar Jakarta.

Korban yang Tertinggal Rombongan

Salah satunya adalah seorang pemuda asal Cimahi yang oleh Republika disebut dengan nama samaran Ahu. Ia mengaku direkrut untuk ikut aksi, bahkan diminta menyiapkan bom molotov sebelum berangkat. Ia tidak benar-benar paham apa tujuan utama unjuk rasa, hanya mengikuti arahan para “abang-abangan” yang menjadi koordinator.

Ketika ditanya soal penjarahan rumah pejabat, ia justru baru tahu setelah peristiwa itu terjadi. Dari ceritanya, jelas bahwa ia hanyalah bagian dari massa yang diarahkan. Ia lugu, miskin, dan mudah diprovokasi.


Antara Suara Murni dan Tunggangan

Di titik inilah masalah besar muncul. Aspirasi yang semestinya murni, bergeser menjadi kericuhan. Banyak warga yang benar-benar datang dengan niat menyampaikan keluh kesah secara damai, akhirnya ikut tercoreng karena ulah kelompok bayaran dan provokator.

Fenomena ini sesungguhnya bukan baru. Demo bayaran sudah lama menjadi “rahasia umum”. Ada pihak yang memobilisasi, ada dana yang mengalir, sementara massa kebanyakan hanya mendapatkan nasi bungkus dan ongkos sekadarnya. Yang rugi jelas rakyat sendiri: suaranya dilemahkan, pesannya dipelintir, perjuangannya kehilangan legitimasi.

Pelajaran Penting

Ada beberapa pelajaran yang bisa ditarik dari peristiwa ini:

1. Rakyat perlu menjaga kemurnian aspirasi. Turun ke jalan adalah hak, tetapi jangan sampai dikendalikan pihak yang ingin memanfaatkan momentum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun