Demonstrasi besar di depan Kompleks Parlemen Senayan pada akhir Agustus 2025 menyisakan dua wajah. Di satu sisi, ribuan warga datang untuk menyampaikan aspirasi: kritik terhadap wakil rakyat, kekecewaan atas kebijakan ekonomi, hingga rasa muak melihat perilaku pejabat yang kian jauh dari realitas rakyat kecil. Namun di sisi lain, kericuhan dan penjarahan yang terjadi membuat suara tulus itu hilang gaungnya.
Rumah anggota DPR Ahmad Sahroni, politisi sekaligus artis Eko Patrio, hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi sasaran penjarahan. Republika mencatat, banyak pelaku bukanlah warga sekitar, melainkan massa yang didatangkan dari luar Jakarta.
Korban yang Tertinggal Rombongan
Salah satunya adalah seorang pemuda asal Cimahi yang oleh Republika disebut dengan nama samaran Ahu. Ia mengaku direkrut untuk ikut aksi, bahkan diminta menyiapkan bom molotov sebelum berangkat. Ia tidak benar-benar paham apa tujuan utama unjuk rasa, hanya mengikuti arahan para “abang-abangan” yang menjadi koordinator.
Ketika ditanya soal penjarahan rumah pejabat, ia justru baru tahu setelah peristiwa itu terjadi. Dari ceritanya, jelas bahwa ia hanyalah bagian dari massa yang diarahkan. Ia lugu, miskin, dan mudah diprovokasi.
Antara Suara Murni dan Tunggangan
Di titik inilah masalah besar muncul. Aspirasi yang semestinya murni, bergeser menjadi kericuhan. Banyak warga yang benar-benar datang dengan niat menyampaikan keluh kesah secara damai, akhirnya ikut tercoreng karena ulah kelompok bayaran dan provokator.
Fenomena ini sesungguhnya bukan baru. Demo bayaran sudah lama menjadi “rahasia umum”. Ada pihak yang memobilisasi, ada dana yang mengalir, sementara massa kebanyakan hanya mendapatkan nasi bungkus dan ongkos sekadarnya. Yang rugi jelas rakyat sendiri: suaranya dilemahkan, pesannya dipelintir, perjuangannya kehilangan legitimasi.
Pelajaran Penting
Ada beberapa pelajaran yang bisa ditarik dari peristiwa ini:
1. Rakyat perlu menjaga kemurnian aspirasi. Turun ke jalan adalah hak, tetapi jangan sampai dikendalikan pihak yang ingin memanfaatkan momentum.