Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Umat Islam Bahagia, Mereka Justru Kecewa?

22 Agustus 2025   14:30 Diperbarui: 1 September 2025   13:27 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah ridha kepadamu hingga engkau mengikuti jalan hidup mereka. Katakanlah: sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang sebenar-benarnya.”

Ayat ini memberi pengingat bahwa “ridha” yang dimaksud bukan sekadar hubungan sosial. Islam justru mengajarkan kita untuk hidup rukun dengan siapa pun. Namun yang dimaksud adalah penerimaan terhadap sistem hidup—cara pandang, aturan, dan nilai yang mendasari kehidupan. Selama umat Islam teguh dengan akidah dan syariatnya, tentu akan ada pihak yang merasa terusik.

Hikmah untuk Umat Masa Kini

Dari khutbah itu, ada pelajaran penting yang bisa kita ambil. Pertama, jangan mudah diadu domba. Perpecahan adalah senjata paling ampuh untuk melemahkan umat. Kita menyaksikan polarisasi politik, perbedaan mazhab yang diperbesar, hingga perpecahan dalam urusan ekonomi—semua itu menggerogoti persatuan.

Kedua, kebahagiaan sejati tidak datang dari ikut-ikutan arus, melainkan dari menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Identitas sebagai muslim bukan sekadar label, tetapi harus nyata dalam cara berpikir, bersikap, dan membangun masyarakat.

Ketiga, kesadaran sejarah adalah bekal penting. Jika kita lupa, kita akan mengulang kelemahan yang sama. Tapi jika kita sadar, kita bisa membangun kembali pondasi kebangkitan.

Menutup dengan Harapan

Khutbah ditutup dengan seruan untuk memperkuat iman, ilmu, dan ukhuwah. Sejarah memang mencatat luka yang mendalam, tetapi masa depan masih terbuka untuk ditulis ulang.

Pesannya sederhana tapi dalam: jangan larut dalam perpecahan, jangan menyerah pada keadaan. Umat ini masih punya kesempatan untuk bangkit. Dan kebangkitan itu akan datang bila kita kembali pada agama kita sendiri—Islam yang membawa rahmat, persatuan, dan keadilan.

Semoga refleksi dari khutbah ini menjadi bahan renungan, bahwa luka sejarah bisa menjadi pemicu semangat, bukan alasan untuk terus terpuruk.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun