Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

AI dan Sumber Ilmu dalam Perspektif Syariah Islam: Menakar Kebenaran di Era Digital

10 Agustus 2025   06:00 Diperbarui: 24 Agustus 2025   20:51 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) semakin pesat. Salah satu produk AI yang paling dikenal adalah ChatGPT, sebuah model bahasa besar (Large Language Model/LLM) yang mampu menjawab berbagai pertanyaan, menulis artikel, hingga berdiskusi layaknya manusia. Namun, muncul pertanyaan penting: apakah AI seperti ChatGPT bisa dijadikan sumber ilmu dan kebenaran, terutama dalam ranah ilmu syariah Islam?Memahami Cara Kerja AI Sebagai LLM

ChatGPT bekerja dengan mengolah miliaran kata dari berbagai sumber teks, kemudian menghasilkan jawaban berdasarkan pola bahasa yang pernah dipelajari. Ini berarti AI tidak “memahami” secara hakiki, melainkan meniru pola dan menyusun kalimat yang paling mungkin sesuai dengan konteks pertanyaan.

Karena cara kerja ini, AI tidak mampu menjamin kebenaran mutlak atas informasi yang disampaikan. Ia bisa saja menghasilkan kesalahan, bahkan dalam persoalan yang rumit dan sensitif seperti hukum Islam. Oleh karena itu, menjadikan AI sebagai sumber utama ilmu syariah berisiko menyesatkan.

Perspektif Ilmu Syariah tentang Sumber Ilmu dan Kebenaran

Dalam Islam, ilmu yang benar adalah ilmu yang bersumber dari wahyu Allah, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad ﷺ, serta ijtihad ulama yang kompeten dan terpercaya. Ulama menggunakan kaidah-kaidah fiqh, ushul fiqh, dan metodologi ilmiah yang telah teruji secara turun-temurun untuk memastikan kebenaran hukum dan aqidah.

Sebagaimana firman Allah SWT:

 وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

Dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu.’” (QS Thaha: 114)

Permintaan bertambahnya ilmu ini menuntut kesungguhan belajar dari sumber yang shahih dan ulama yang ahli, bukan sekadar mengandalkan teks atau informasi yang belum terverifikasi.

AI Sebagai Alat Bantu, Bukan Sumber Fatwa

Melihat realitas tersebut, AI seyogianya dipandang sebagai alat bantu dalam dunia pendidikan dan dakwah Islam. Misalnya, AI dapat membantu merangkum kitab, memudahkan penelusuran literatur, atau memfasilitasi dialog interaktif untuk memperdalam pemahaman. Namun, keputusan hukum dan penetapan kebenaran harus tetap berada di tangan ulama dan para ahli syariah.

Imam Al-Ghazali pernah mengingatkan pentingnya sanad dan otoritas ilmu yang terpercaya agar ilmu sampai kepada kita dalam bentuk yang benar dan tidak berubah. AI tidak memiliki sanad, sehingga tidak bisa menggantikan fungsi ulama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun