Mohon tunggu...
Maman Abdullah
Maman Abdullah Mohon Tunggu... Pengasuh Tahfidz | Penulis Gagasan

Magister pendidikan, pengasuh pesantren tahfidz, dan penulis opini yang menyuarakan perspektif Islam atas isu sosial, pendidikan, dan kebijakan publik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Syukur Kemerdekaan dari Mimbar Darut Taubah

8 Agustus 2025   15:15 Diperbarui: 21 Agustus 2025   06:30 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Ia mengutip penafsiran Imam Ath-Thabari, bahwa maksud ayat tersebut adalah: Allah tidak mencabut nikmat dari suatu kaum kecuali jika mereka sendiri mengganti ketaatan dengan kemaksiatan. Dan Allah tidak akan memberikan kebaikan kepada kaum yang zalim hingga mereka memperbaiki diri mereka sendiri.

Pesan ini terasa sederhana, namun sangat mendalam: jika bangsa ini ingin terus tumbuh dan diberkahi, maka perbaikannya harus dimulai dari dalam diri — dari hati yang jujur, niat yang lurus, dan amal yang nyata. Bukan semata mengganti pemimpin atau sistem, tetapi mengganti diri menjadi pribadi yang lebih bertakwa.

Sebagai penutup, khatib membacakan sebuah hadis yang sangat indah, diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha:

 كان رسول الله ﷺ إذا عمل عملاً أتقنه

“Rasulullah ﷺ apabila mengerjakan suatu pekerjaan, beliau menyempurnakannya dengan baik.

(HR. al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman)

Hadis ini menjadi pengingat bahwa profesionalisme, kesungguhan, dan keikhlasan dalam bekerja adalah bagian dari nilai-nilai Islam. Maka, jika kita sungguh-sungguh ingin bersyukur atas kemerdekaan, bentuk terbaiknya bukan hanya peringatan setiap tahun, tetapi kerja nyata yang jujur, berkualitas, dan bertanggung jawab.

Saya meninggalkan masjid kecil itu dengan hati yang penuh renungan. Hari itu, Darut Taubah bukan sekadar tempat menunaikan shalat, tapi menjadi ruang perenungan batin. Saya kembali menyadari, bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika hati kita terbebas dari kelalaian, dan hidup kita terikat kepada nilai-nilai ilahi. Meski kemerdekaan itu mungkin belum sepenuhnya kita rasakan, namun setidaknya kita sedang menuju ke arahnya — bersama-sama, dengan iman, ilmu, dan amal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun