Selain itu, dalam konteks semantik bahasa Arab, Fawaz A. Ghanem (2023), seorang pakar linguistik Islam, dalam artikel terbarunya yang berjudul Linguistic Roots of Islamic Practices di Journal of Islamic Linguistics, menjelaskan bahwa "bahasa Arab sebagai medium utama dalam ajaran Islam menyimpan dimensi semantik yang sangat penting dalam setiap kata dan konsep ibadah, yang harus dipahami lebih dalam oleh umat agar dapat menghidupi makna spiritual yang terkandung di dalamnya." Ini mengingatkan kita bahwa makna kata Tarwiyah, yang berarti penyegaran, seharusnya menjadi titik tolak bagi umat untuk merenungkan kembali nilai pengampunan dosa dan kedekatan dengan Allah yang sesungguhnya.
Kesimpulan: Menjaga Makna di Tengah Tren
Fenomena viral puasa Tarwiyah, ketika dikaitkan dengan teori semantik bahasa Arab dan psikologi sosial, mengungkapkan dua hal yang saling berkaitan. Di satu sisi, semantik bahasa Arab mengajarkan kita bahwa setiap kata dan amalan dalam Islam mengandung makna yang dalam, yang tidak boleh hanya dilihat secara lahiriah, tetapi harus dipahami dengan benar untuk dapat meresapi esensi spiritualnya. Dalam konteks puasa Tarwiyah, pemahaman semantik ini penting untuk menjaga agar ibadah ini tidak sekadar menjadi rutinitas, tetapi juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Di sisi lain, psikologi sosial memberikan pemahaman tentang bagaimana faktor-faktor sosial, seperti identitas kelompok dan konformitas sosial, dapat memengaruhi keputusan individu untuk mengikuti tren tertentu. Puasa Tarwiyah yang viral di media sosial seharusnya tidak hanya menjadi fenomena sesaat, tetapi sebuah gerakan untuk memperkuat kedekatan spiritual dengan Allah SWT, yang dilaksanakan dengan pemahaman yang benar dan niat yang tulus, bukan sekadar mengikuti arus tren sosial.
Agar ibadah ini memiliki dampak yang positif, kita sebagai umat Islam perlu menjaga niat dan pemahaman yang benar. Dengan demikian, puasa Tarwiyah dapat menjadi sebuah amalan yang memberikan manfaat spiritual yang mendalam, bukan hanya sekadar mengikuti tren yang ada di media sosial.
Reference
Abduh, M. (1990). Tafsir al-Manar. Kairo: Dar al-Manar.
Cialdini, R. B. (2001). Influence: The psychology of persuasion (Rev. ed.). New York, NY: Harper Business.
Ghanem, F. A. (2023). Linguistic roots of Islamic practices. Journal of Islamic Linguistics, 15(2), 134–148.
Ganat, S. A. (2024). Psychological mechanisms of group influence on individual behavior. Вестник Университета, 8, 225–234. https://doi.org/10.26425/1816-4277-2024-8-225-234
Tajfel, H., & Turner, J. C. (1986). The social identity theory of intergroup behavior. Dalam S. Worchel & W. G. Austin (Eds.), Psychology of intergroup relations (hlm. 7–24). Chicago, IL: Nelson-Hall.