Mohon tunggu...
Mutia Masugi
Mutia Masugi Mohon Tunggu... Administrasi - Story Teller Relief Candi Borobudur dan penulis buku dongeng anak Pangeran Sudhana dan 17 Kisah Lainnya berbasis seni membaca Relief Candi Borobudur

Mudahnya berbagi lewat apa saja, termasuk berbagi kisah-kisah sederhana yang mampu membangun karakter.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harapan dan Ketakutan

30 Agustus 2022   12:47 Diperbarui: 30 Agustus 2022   12:50 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image capthttps://www.peakpx.com/

Aku tidak takut pada kegelapan, tapi yang aku takutkan adalah apa yang ada di balik kegelapan itu. Aku tidak takut ketinggian, tetapi aku takut terjatuh. Aku tidak takut mencintai, tetapi aku takut cintaku tidak berbalas. Aku tidak takut untuk melepaskan, hanya saja aku takut kehilangan. Sebenarnya aku juga tidak takut gagal, hanya saja aku takut akan jatuh pada rasa sakit yang sama.

Ada saatnya, seseorang terlempar dalam fakta;__masuk dalam situasi yang tidak dikehendaki dan memunculkan ketakutan. Saat ketakutan di depan mata, selalu ada pilihan : berlari atau bertarung? Menjadi pengecut, atau pemberani?

Ketakutan-ketakutan yang tidak dihadapi, akan menjadi batas hidup. Namun, semakin tidak takut pada banyak hal, maka semakin luas lah spektrum hidup.

Saya rasa, pikiran ini cukup relevan dengan keadaan saat ini. Kita dituntut berani, percaya, tapi di sisi lain, kesulitan hidup, kesakitan bahkan kematian orang-orang terkasih secara mendadak menimbulkan kebingungan bahkan kesedihan yang mendalam.

Maka, saya memilih analogi : Seperti dua sayap pada seekor burung. Dua-duanya (ketakutan dan harapan) haruslah dikepakkan secara seimbang.

Nelson Mandela berkata, "Pemberani bukanlah orang yang tidak mengenal rasa takut, tetapi dia yang bisa menaklukkan ketakutan."

Salah satu personil Trio Belacan juga menuliskan : "Tetap tenang. Karena ketakutan justru akan membuatmu jatuh dalam kesakitan."

Selamat berjuang. Semoga harapan kita menjadi nyata. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun