Hari telah sore. Saatnya pulang ke rumah Emak untuk memasak nasi, sayur, hingga ayam goreng menggunakan tungku.
Bagi saya, masakan apa pun akan lain rasanya ketika dimasak di atas tungku.
Hmmmm aroma ayam kampung goreng yang khas,dipadu dengan pedasnya sambal Lombok Menik, segarnya sayur daun singkong sungguh menggugah selera.
Cerita di atas adalah cerita mudik saya dua tahun lalu. Karena tahun ini dipastikan saya tidak bisa mudik lagi. Pemerintah sudah memutuskan meniadakan mudik Lebaran tahun 2021. Larangan tersebut berlaku untuk tanggal 06-17 Mei 2021 bagi seluruh masyarakat Indonesia di mana pun berada dikarenakan pandemi yang belum juga usai.
“Aja mulih, Nduk. Tinimbang dipenjara setaun utawa denda satus juta. Byuhhhh isa semaput!” (Jangan pulang, Nduk. Daripada dipenjara atau didenda seratus juta. Byuhhh bisa pingsan!) Begitu suara Emak saya di ujung telepon sore kemarin.
Bertahun-tahun jauh dari rumah dan sanak keluarga, membuat rindu menumpuk setinggi gunung. Dan betapa nelangsa saat rindu setinggi dan sebesar itu gagal dibuncahkan di antara pelukan.
Ah! Seandainya saya adalah ratu dari seorang Sultan, tentu urusan mudik tidak menjadi persoalan rumit. Tinggal terbang pakai helikopter dan mendarat di halaman rumah tanpa perlu repot-repot meghindari razia petugas!
Sayangnya, saya hanyalah seorang rakyat jelata dan pekerja pabrik yang harus tunduk pada aturan. Toh, semua demi kebaikan bersama.