Mohon tunggu...
Mutia Masugi
Mutia Masugi Mohon Tunggu... Administrasi - Story Teller Relief Candi Borobudur dan penulis buku dongeng anak Pangeran Sudhana dan 17 Kisah Lainnya berbasis seni membaca Relief Candi Borobudur

Mudahnya berbagi lewat apa saja, termasuk berbagi kisah-kisah sederhana yang mampu membangun karakter.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ketika Rindu Pulang Kampung Tak Sampai

31 Maret 2021   04:51 Diperbarui: 31 Maret 2021   12:13 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari telah sore. Saatnya pulang ke rumah Emak untuk memasak nasi, sayur, hingga ayam goreng menggunakan tungku.
Bagi saya, masakan apa pun akan lain rasanya ketika dimasak di atas tungku.

Hmmmm aroma ayam kampung goreng yang khas,dipadu dengan pedasnya sambal Lombok Menik, segarnya sayur daun singkong sungguh menggugah selera. 

Dok.Pribadi
Dok.Pribadi
Dok.Pribadi
Dok.Pribadi
Bukan hanya ayam kampung  goreng. Ada lagi menu andalan  Emak, yaitu Sayur Tobil. Jika pada umumnya sayuran menjadi bahan dasar dan cabe rawit adalah pelengkap, maka Sayur Tobil sebaliknya. Bahan utama Sayur Tobil adalah cabe rawit segar super pedas. Kacang panjang atau potongan labu siam dan tempe hanya pelengkap saja. Sayur ini dimasak dengan rempah-rempah pilihan, lalu diberi kuah santan kental. Bayangkan bagaimana citarasa pedasnya menggigit lidah. 

Cerita di atas adalah cerita mudik saya dua tahun lalu. Karena tahun ini dipastikan saya tidak bisa mudik lagi. Pemerintah sudah memutuskan meniadakan mudik Lebaran tahun 2021. Larangan tersebut berlaku untuk tanggal 06-17 Mei 2021 bagi seluruh masyarakat Indonesia di mana pun berada dikarenakan pandemi yang belum juga usai.

 “Aja mulih, Nduk. Tinimbang dipenjara setaun utawa denda satus juta. Byuhhhh isa semaput!” (Jangan pulang, Nduk. Daripada dipenjara atau didenda seratus juta. Byuhhh bisa pingsan!) Begitu suara Emak saya di ujung telepon sore kemarin.  

Bertahun-tahun jauh dari rumah dan sanak keluarga, membuat rindu menumpuk setinggi gunung. Dan betapa nelangsa saat rindu setinggi dan sebesar itu gagal dibuncahkan di antara pelukan. 

Ah! Seandainya saya adalah ratu dari seorang Sultan, tentu urusan mudik tidak menjadi persoalan rumit. Tinggal terbang pakai helikopter dan mendarat di halaman rumah tanpa perlu repot-repot meghindari razia petugas!

Sayangnya, saya hanyalah seorang rakyat jelata dan pekerja pabrik yang harus tunduk pada aturan. Toh, semua demi kebaikan bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun