Mohon tunggu...
Mama Totik
Mama Totik Mohon Tunggu... Administrasi - Bincang Ringan di Ruang Imaji

Coffee - Books - Food - Movie - Music - Interior - Art - Special Parenting www.debiutilulistory.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mengenal Tradisi Ngopi ala Kopitiam dari Old Kettle Semarang

5 Februari 2021   14:32 Diperbarui: 15 Februari 2021   10:06 9169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Ruang Duduk AC Sumber : Dokpri
Suasana Ruang Duduk AC Sumber : Dokpri
Di ruang duduk AC, ada ornamen sangat menonjol, yakni tulisan bergaya kuno, Ik Hou Van Semarang. Artinya "Saya Cinta Semarang", berasal dari bahasa Belanda. Coba tulisannya Ik Hou Van Jou ( aku cinta kamu ) pasti lebih seru

Ik Hou Van Semarang Sumber : Dokpri
Ik Hou Van Semarang Sumber : Dokpri

Di beberapa sudut ruangan, diletakkan perabot-perabot bergaya vintage sebagai ornamen seperti gramophone ( pemutar piringan hitam ), radio kuno, drawers console table, tall chest of drawer, lemari jam hias, semua bergaya kuno. Sebetulnya menarik, hanya perletakannya tidak pas. Padahal akan lebih menarik lho jika ditata seakan-akan perabot2 kuno itu masih berfungsi seperti dulu.

Gramophone Sumber : Dokpri
Gramophone Sumber : Dokpri

Misalnya , demi apa gramophone dan radio kuno diletakkan nangkring di atas dinding pada ketinggian lebih dari 2,5 meter ? Saya kalau nggak iseng mendongak ke atas liat2, nggak bakal liat tuh ada gramophone di situ. Selain letaknya sangat tinggi, tidak ada lampu yang menyoroti keberadaannya. Padahal gramophone ini ,pada masa dulu, biasanya diletakkan di atas meja merapat dinding atau di atas salon kayu, di ruang tengah. Setelah makan bersama, orang tua jaman dulu akan pindah duduk di sofa berjok rotan ruang tengah yg lebih rendah dari kursi makan, leyeh leyeh sambil mendengarkan lagu "klangenan" (Red. kesukaan) diputar dari gramophone. Mereka akan memilih-milih mana piringan hitam yang disukai, lalu diputar. Orangtua masa dulu biasanya memilih lagu-lagu Neil Sedaka. Sedang anak-anaknya bisa pilih Dondong Opo Salak nya alm Kris Biantoro. Generasi masa kini mungkin nggak kenal lagu-lagu itu, hehehe.
Jadi ketimbang diletakkan di ketinggian 2,5 m yang orang hanya bisa melihat jika tengadah, mungkin lebih bagus jika dipasang di salah satu meja yang menempel dinding. Seakan-akan masih difungsikan.

Drawers Console Table Sumber : Dokpri
Drawers Console Table Sumber : Dokpri

Tall Chest of Drawers Sumber : Dokpri
Tall Chest of Drawers Sumber : Dokpri
Letak console table yang berderet deret dengan tall chest drawers dan lemari jam kesannya seakan di toko meubel. Bukan kenapa-napa, hanya merasa sayang saja, dengan perabot2 vintage yang bagus dan tentu mahal, melalui perletakan tepat, bisa membuat citra tempo dulunya makin kuat. IBC ( Ikan Bakar Cianjur ) di Kota Lama atau Koena Koeni di Candi Baru mungkin bisa menjadi referensi bagaimana memanfaatkan perabotan vintage secara menarik. Lain waktu akan saya tulis.

Galeri Masa Lalu

Foto Repro Tempo Dulu 1 Sumber : Dokpri
Foto Repro Tempo Dulu 1 Sumber : Dokpri
Untuk memperkuat citra tempo dulu, dinding ruang banyak ditempeli foto-foto hitam putih berbingkai kayu sederhana. Foto-foto itu menggambarkan orang dan suasana tempo dulu. Ada foto artis tempo dulu, foto suasana sebuah kota, foto seorang bapak sedang menggendong anak lelakinya dll. Betul-betul menjadi daya tarik tiap kali saya ke sini. Nempelnya nggak beraturan. Memang tepat sih karena jika kita mengamati foto-foto jadul kopitiam, foto-foto ditempel dengan sembarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun